Great Question !

06 September 2008


Paulus Bambang W.S.

John Sculley, kala itu masih memimpin Pepsi Co, hanya tersenyum simpul tatkala Stephen Jobs, kala itu memimpin Apple Inc, secara serius bertanya ” Apakah anda mau bergabung ke Apple ?”. Pertanyaan ini dengan mudah dijawab dengan penolakan halus semacam ”Berapa anda berani bayar saya ?”. Atau ”Posisi apa yang anda tawarkan kepada saya yang jauh melebihi dari apa yang saya duduki sekarang ?”.

Steve Jobs memang bukan recruiter by training, tapi ia memiliki insting head hunter tulen. Ia tidak menjawab dengan gaya pedagang pasar pagi seperti ”Berapa anda mau minta ?”. Atau serangkaian janji fantastis bak illusionist dengan menyodorkan hamparan dollar di tatanan mimpi dan visi yang belum tentu tercapai. Sebaliknya ia melontarkan pertanyaan kedua yang tak pernah diduga oleh tokoh karismatis itu :” “Do you want to sell sugar water for the rest of your life, or do you want to change the world?”.

Kalimat itu seperti pedang yang membelah tubuh dan jiwa. Pepsi Challenge yang menjadi ikon dari Sculley untuk mendobrak dominasi Coca Cola di tahun 80 an, ternyata jauh lebih mudah dari Steve Jobs Challenge. Sculley tertusuk pada sebuah ruang yang paling ia kagumi yakni ‘pride’.

Ketika pertanyaan tadi menusuk kepada ’tantangan baru’ yang tak terukur dengan uang tapi suatu kedigdayaan baru, Sculley tak mudah menjawab ya atau tidak. Ia butuh waktu untuk merenung. Itu adalah ”A Great Question”. Sebuah pertanyaan singkat yang mampu mengubah otak, hati dan roh. Ketiganya sekaligus dibelah dan runtuhlah kedigdayaan materi.

Menjadi ‘The company’s youngest marketing vice-president’ hanya 3 tahun dari trainee dan pada usia 30 sudah mencapai ‘Pepsi’s youngest-ever president’, itu akhirnya menekan kontrak kerja dengan Steve Jobs. Hanya sebuah pertanyaan, dan itu yang membawa ‘the best and the brightest man in the industry’ saat itu, hengkang ke Apple tanpa tawaran paket keuangan yang sangat aduhai. “Change the world”, mengubah paradigma jawara ‘sugar water’.

Anda tentunya tidak mungkin mengingat banyak pertanyaan yang sudah anda jawab dalam hidup ini. Kalau mau jujur, berapa pertanyaan yang mengubah paradigma hidup anda. Entah itu perubahan kecil atau besar seperti pekerjaan, karir, pindah perusahaan dan bahkan nilai hidup. Ternyata tidak banyak bukan. Artinya anda tidak memiliki rekan yang mampu memberikan great question. Yang ada hanya ordinary sampai good question yang hanya menyentuh rasio, otak dan perasaan tapi tak sampai mengubah hati dan roh anda. Itu berarti mudah dilupakan.
Saya teringat kejadian 20 tahun lalu, ketika saya mendapat tawaran untuk memimpin bidang SDM. Atasan saya bertanya :”Kalau anda mau jadi transformator kelompok perusahaan ini, anda harus masuk untuk membenahi aspek manusianya. Bukan sistim dan komputerisasi seperti yang anda kerjakan sekarang. Apa anda mau ?”. Pak Charlo, begitu kami memanggilnya, membelah seluruh jiwa dan raga saya bukan dengan iming-iming posisi, karir yang bahkan saat itu sering diklasifikan sebagai jabatan kelas dua dan mentok untuk jadi pimpinan perusahaan. Banyak yang beranggapan itu jabatan buangan. “Buat apa kesana?”, tanya teman-teman yang tahu potensiku.

Great Question dari Pak Charlo, saya jawab dengan Great Decision. “Pak, saya berani ambil tantangan itu. Saya mau jadi transformator yang akan dikenang bukan karena menghasilkan angka dan bilangan kinerja keuangan tapi nilai yang tertera di hati sanubari karyawan”, jawabku yang saat itu sedang berkobar tanpa memikirkan “Apa kata dunia, mau jadi orang personalia ?”.
Pernyataan dan pertanyaan itu mengubah seluruh arah perjalanan karirku. Dari bidang IT menjadi bidang SDM. Dua disiplin ilmu yang bak bumi dan langit. Yang satu berkutat dengan mesin yang kaku, tak mudah marah, tersinggung dan, yang lainnya adalah manusia yang penuh dinamika dan tak mudah ditebak kemana maunya. Itulah tantangan yang sebenarnya. Sebelas tahun akhirnya aku terbenam dalam bidang baru yang tak pernah menjadi cita-citaku. Kesimpulannya hanya satu. Ternyata Pak Charlo benar.

Masih jelas diingatan, tatkala saya juga berusaha merayu calon lulusan luar negeri dan sudah berkarir di luar negeri dalam bidang piston engineering. “Anda mau jadi ahli piston seumur hidup ? Hasil tertinggi anda adalah mobil dengan ayunan yang lebih empuk dan enak dikendarai. Produk anda tidak akan mengubah di pengendara mobil”. “Maksud Bapak ?”, tanya si calon serius. “Dari hasil test dan wawancara ini, saya lihat anda memiliki kemampuan yang jauh lebih baik di bidang manajemen dibandingkan di bidang enjineering. Anda bukan hanya mampu membuat piston yang baik tapi mampu membuat mobil atau industri mobil secara terintegrasi. Anda jauh lebih besar dari sekedar piston engineer”, saya menerangkannya secara serius karena ia memang berpotensi.

Beberapa saat kemudian, saya mendapat jawaban positip. Wisry, begitu saya memanggilnya, berani melepas ‘ilmu piston’nya dan bergabung dengan kami. Ia saya tugaskan mengepalai bidang perencanaan korporasi. Dalam perjalanan karirnya, ia bukan hanya mampu mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang sekuritas tapi juga mampu membidani perusahaan rental otomotif. Kini ia diminta memimpin lembaga keuangan mikro. Ia sedang belajar menjadi seorang Muhamad Yunus dengan Grameen Banknya.

Kalau begitu, alangkah idealnya kalau seorang pemimpin memiliki ketajaman melancarkan pertanyaan yang tidak sekedar ‘ordinary’ atau ‘good’ tapi juga ‘great’. Ini bukan hanya memerlukan kepiawaian intelektual tapi juga kedalaman emosional dan spiritual. Bukan banyaknya pertanyaan yang penting tapi kualitas pertanyaan yang mampu mengubah arah perusahaan, pekerjaan bahkan pribadi seseorang. Kalau sudah salah dalam bertanya, akan ada yang salah pula dalam menjawab.

Kalau pertanyaan yang salah itu dilakukan oleh pemimpin kelas satu, maka arah organisasinya bisa melenceng keluar jalur. Tidak heran hanya karena satu pertanyaan yang salah, perusahaan bisa bangkrut. Mari belajar mengajukan ‘ a great question’. Larry King dan Ophrah adalah guru yang dapat kita pelajari. Mereka adalah Socrates modern yang ‘change the world through great questions”.

Dimuat di SWA no 18/XXIII/23 Agustus - 2 September 2007

0 komentar:

Random Post

Widget edited by Nauraku

Arsip Komentar

Free Image Hosting


 

Top Post

SUARA MERDEKA CYBERNEWS

detikInet