Goal Seeker vs Goal Getter

29 Desember 2008



"Goals are not only absolutely necessary to motivate us. They are
essential to really keep us alive." -Robert H. Schuller

Pada penghujung 2008 ini, alangkah baiknya jika kita mulai menentukan kembali goal yang akan kita raih pada 2009 atau mungkin akan diwujudkan dalam kehidupan kita. Berbicara soal goal dan tujuan hidup, di sinilah kita bisa bedakan dua tipe orang.

Orang yang pertama kita kategorikan sebagai goal seeker, dan kedua kita sebut goal getter. Goal seeker, adalah tipe orang yang selalu terus-menerus mencari goal. Goal getter adalah tipe orang yang selalu berusaha mewujudkan goal yang telah dicanangkannya. Semuanya memang berawal dan dimulai dari sebuah proses yang namanya goal.

Seorang yang belum memiliki goal yang jelas dan spesifik dalam hidupnya haruslah memulai langkah pertamanya dengan membuat suatu tujuan, yaitu menentukan apa yang sebenarnya mau diraih dalam hidup ini. Perilaku inilah yang sebenarnya kita sebut sebagai goal seeker.

Goal seeker biasanya memulai menemukan goal-nya baik dengan cara merenungkan goal hidupnya, ataupun dengan memodel orang-orang yang telah berhasil dalam pencapaian goal tersebut sehingga terinspirasi juga untuk mencapai goal yang sama bahkan lebih.

Siapa pun yang sukses, akan setuju bagaimana goal memiliki peranan yang penting dalam kehidupan mereka. Bahkan fisikawan Albert Einstein pun mengatakan, "If you want to live a happy life, tie it to a goal, not to people or things."

Ya, untuk menghidupi kehidupan yang bahagia, tentunya harus mengikatkannya dengan sebuah goal yang jelas. Namun, kehidupan tidaklah boleh berhenti hanya pada tataran membuat goal saja. Itulah yang banyak dialami oleh orang yang hidupnya mandek.

Setelah seorang goal seeker menemukan apa yang akan diraihnya, berikutnya dia harus bergerak menjadi goal getter. Dalam proses menuju goal getter, seorang goal seeker biasanya harus melewati banyak rintangan dan hambatan. Di sinilah godaannya. Sering terjadi, para goal seeker jadi frustrasi, menyerah bahkan akhirnya menyibukkan diri dengan terus-menerus mencari goal yang baru, dan mengganti goal lama yang sebenarnya belum pernah diusahakan sama sekali.

Inilah titik kritis di mana kalau goal seeker tidak mengalami transformasi menjadi seorang goal getter, waktu hidupnya akan terus-menerus dipakai untuk mencari goal yang baru. Akibatnya, setelah beberapa lama, entah beberapa bulan bahkan beberapa tahun, goal seeker tidak menghasilkan apa-apa sama sekali. Mereka kelihatan sibuk, tetapi pada dasarnya tidak menghasilkan apa pun (busy but not productive!) .

Rasanya kita perlu mengingat kata-kata bijak dari co-writer buku The Power of Focus, yakni Les Brown yang mengatakan "You must take action now that will move you towards your goals. Develop a sense of urgency in your life."

Ya, diperlukan tindakan dan sesegera mungkin menjadi goal getter. Ambillah tindakan yang makin mengarahkan Anda menuju goal. Bangun terus sense of urgency dalam mencapai goal tersebut dengan melakukan transisi menjadi seorang goal getter, bukan hanya berhenti pada bermimpi saja.

Jadi manusia langka
Ada begitu banyak goal setter di dunia ini, tetapi sedikit sekali yang bisa berubah menjadi goal getter. Jadilah bagian dari manusia-manusia yang langka ini sehingga hidup Anda bukan hanya berisi ilusi semata, melainkan juga betul-betul menjadi sebuah realita yang bisa Anda nikmati, setelah Anda melewati berbagai rintangan di depan goal tersebut.

Dalam hal ini kita perlu belajar dari William Clement Stone, salah satu orang terkaya di Amerika yang merajut hidupnya dari mimpi-mimpi yang direalisasikannya sejak kecil. Bahkan, dengan beraninya, untuk mewujudkan mimpinya, sejak kecil dia nekat menjual koran di restoran.

Tahukah Anda, pada masa itu, menjual koran di restoran adalah hal yang tabu dan belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, dengan sikapnya yang persisten, ramah serta persuasif, akhirnya diceritakan bagaimana William meluluhkan hati para pemilik restoran untuk pertama kalinya mengizinkan seorang anak gembel menjual koran di restoran mereka.

Para pemilik restoran ini sama sekali tidak menyangka bahwa akhirnya, anak gembel yang gigih dengan semangatnya ini akan menjadi salah satu orang terkaya di Amerika yang memiliki bisnis asuransi terbesar pada masanya bahkan menjadi penulis berbagai buku tentang
mental positif.

Dalam bukunya yang terkenal The Success System That Never Fails, dia berkata, "To solve a problem or to reach a goal, you don't need to know all the answers in advance. But you must have a clear idea of the problem or the goal you want to reach." Dengan kata lain, William mengingatkan para goal getter mereka perlu memiliki kejelasan yang sangat jelas, spesifik dan detail tentang goal yang mau diraihnya.

Semakin spesifik dan semakin detail goal yang mau diraih bagi seorang goal getter, semakin jelas dan memudahkan bagi seorang goal getter untuk meraih goal yang telah ditentukannya saat mengalami transformasi dari goal seeker menjadi seorang goal getter.

Bahkan, Anda mungkin pernah mendengar ada pepatah yang mengatakan, "A goal properly set is halfway reached." Saat goal sudah ditentukan, perjalanan seorang goal seeker menjadi goal getter hanya tinggal setengah perjalanan lagi, tinggal membuat perencanaan-perencanaan dan tindakan-tindakan yang akhirnya akan mengarahkannya menjadi seorang goal getter.

Berikutnya, untuk memulai realisasi goal yang telah ditentukan, hal terpenting bagi seorang goal getter adalah menciptakan momentum. Momentum, berarti mengambil sebuah tindakan, entah tindakan itu besar ataupun kecil, tapi mulai melakukan aksi yang intinya membawanya semakin dekat pada tujuannya.

Tindakan itulah yang diperlukan agar mereka mulai termotivasi untuk segera mewujudkan goalitu. Benarlah sebuah kalimat bijak yang dikatakan oleh motivator nomor satu dunia, Anthony Robbins. "The most important thing you can do to achieve your goals is to make sure that as soon as you set them, you immediately begin to create momentum. "

Dalam rangka menciptakan momentum ini, biasanya hambatan yang paling sering dialami oleh seorang goal seeker adalah dalih (excuse) bahwa mereka membutuhkan dan mencari 'timing' atau waktu yang tepat.

Marilah kita percaya, waktu yang tepat itu tidak pernah ada. Waktu yang paling tepat itu sebenarnya sekarang. Marilah kita simak tip yang diberikan oleh Napoleon Hill, penulis buku Think and Grow Rich yang mengatakan, "Don't wait. The time will never be just right."

Sekali lagi, waktu yang terbaik tentu saja sekarang. Janganlah bermimpi bahwa akan ada waktu yang pas. Mulailah berani mengambil langkah-langkah awal yang yang akan menuntun kita semakin dekat dengan goal kita.

Yang jelas, penyebab seorang goal seeker gagal menjadi seorang goal getter adalah kurang atautidak adanya tindakan untuk merealisasikan goal. Saya mengenal seorang sahabat saya yang punya rencana membangun bisnis media sejak 5 tahun yang lalu. Sampai sekarang pun dia masih terus mencita-citakannya.

Itulah contoh goal seeker yang terus-menerus berada di penantiannya. Jangan menjadi pribadi yang demikian. Marilah, mulai saat ini jadilah seorang goal getter bukan sekadar goal seeker yang selalu terus-menerus membuat goal. Jadikan 2009 menjadi tahun yang spektakuler bagi Anda, bukan hanya karena banyaknya jumlah impian Anda melainkan juga karena banyak impian Anda yang bisa terwujud!

SELAMAT TAHUN BARU 2009


Sumber: Goal Seeker vs Goal Getter oleh Anthony Dio Martin, Managing Director HR Excellency

0 komentar:

Random Post

Widget edited by Nauraku

Arsip Komentar

Free Image Hosting


 

Top Post

SUARA MERDEKA CYBERNEWS

detikInet