Kungfu Emosi

30 Agustus 2010

Oleh: Anthony Dio Martin

Konon, ada sebuah kisah menarik ketika diceritakan Bruce Lee, sang master kungfu ditemui seorang pengajar seni bela diri lain, yang datang untuk memintanya sebuah nasihat, "Bagaimana teknik yang baik dalam menghadap musuh?".

Dengan cepat, Bruce Lee merespon, "Apa itu musuh? Tidak ada musuh. Karena tidak ada kata "saya" atau "musuh" dalam pertempuran. Saya fokus dan menyatu dengan gerakannya saat dia menyerang.

Saya bermain. Semakin keras ia memukul, semakin keras pukulan akan berbalik kepadanya. Saya tidak memukul, tetapi saya memastikan orangpun menghargai saya secara utuh!"

Berkaitan dengan komentar Bruce Lee di atas, dapat kita perhatikan bahwa kungfu ataupun seni bela diri lainnya sebenarnya bukan saja bersifat fisik, tetapi banyak pembelajaran mental yang terkandung didalamnya.

Termasuk soal emosi pun, sebenarnya kita bisa belajar banyak dari pirnsip Kungfu. Karena itulah, kali ini kita akan bicara soal Kungfu Emosi. Istilah Kungfu Emosi ini sendiri, bukanlah istilah yang dibuat-buat.

Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Charles Manz, seorang penulis pengajar kepemimpinan dalam bukunya yang berjudul Emotional Discipline.

Apakah Kungfu Emosi itu? Prinsip Kungfu Emosi menurut Manz adalah mirip seperti yang dikatakan oleh Bruce Lee diatas, yakni upaya memanfaatkan kekuatan serangan dari lawan agar justru bisa menjadi keuntungan buat kita.

Menurut Mantz, logika kungfu pun dapat diterapkan pada konflik-konflik emosional. Pertama-tama, tetap respek dan menghormati seseorang yang menyerang Anda. Kedua, jangan membahayakan orang lain tanpa ada alasan yang jelas. Ketiga, daripada melawan serangan emosi, lebih baik kita pakai energi tersebut untuk cari solusi.

Musuh bebuyutan

Dalam menerapkan ilmu Kungfu Emosi ini, ada beberapa ciri "musuh bebuyutan" yang bisa jadi pemicu kapan serta situasi dimana ilmu Kungfu Emosi ini perlu Anda gunakan.

Pertama-tama adalah tatkala Anda harus menghadapi orang yang sangat defensif mempertahankan dirinya, serta mulai menyalahkan orang lain. Musuh lainnya adalah orang-orang yang senang menyerang ide-ide Anda atau yang terakhir adalah orang-orang yang telah melanggar hak Anda dan menyerang secara agresif kepentingan ataupun wewenang Anda.

Nah, sebelum kita bicarakan soal teknik dalam Kungfu Emosi ini, mari kita bicarakan respon umum yang biasanya diberikan oleh orang menghadapi musuh yang seperti itu.

Umumnya, respon paling sering dan paling primitif yang diberikan seseorang adalah respon general adaptation syndrome (GAS) yang berasal naluri di sistem limbik di otak yakni fight (melawan) atau flight (lari).

Namun, kedua-duanya sebenarnya sama sekali tidak memecahkan masalah menghadapi "musuh-musuh" di atas. Coba kita analisis.

Apa yang terjadi saat kita fight (melawan). Misalkan seseorang menyerang Anda dengan mengatakan bahwa produk kreasi Anda tidak laku di pasar karena Anda tidak mengerti pasar sama sekali.

Lantas, Anda membalasnya dengan mengatakan bahwa dia mengucapkan hal tersebut karena iri bahwa Andalah yang diberikan kesempatan mengembangkan produk. Apa yang akan terjadi?

Kemungkinan besar, dia akan menjadi semakin defensif. Persoalan yang sebenarnya pun makin tidak selesai, bahkan lebih buruknya, masalahnya kini bisa jadi semakin personal.

Bagaimana masalahnya jika kita menggunakan teknik flight (lari dari masalah)? Misalkan ada situasi dimana Anda diserang oleh salah satu famili Anda di depan keluarga besar.

Dia mengatakan anda tidak becus mengurus anak karena anak Anda ternyata baru saja mendapatkan kasus di sekolah. Apa yang terjadi jika Anda flight (lari) dari situasi ini? Akibatnya, si famili Anda tersebut, akan merasa seperti dapat angin.

Lain kali dia mungkin akan melakukannya lagi, bisa jadi pada diri Anda bisa pula dengan dia orang lain. Di sisi lain, ia pun tidak akan pernah belajar.

Teknik Kungfu Emosi

Di dalam program pelatihan kecerdasan emosional yang saya berikan, saya mengembangkan beberapa prinsip dari Charles Manz dan menyesuaikan dengan kondisi kita.

Saya menyebutnya teknik kungfu emosi. Filosofi utama dalam Kungfu Emosi ini adalah: Seek not to harm others, but only to protect self from violation by others.

Intinya, ada kalanya dimana kita juga harus berani "membela diri kita atau membela mereka yang diperlakukan secara tidak adil jika sudah terjadi pelanggaran prinsip-prinsip".

Bagaimana teknik kungfu emosi ini kita terapkan? Pertama, Anda merephrase ataupun mengulang apa yang dikatakan dan dilakukannya. Langkah ini untuk memperjelas dan untuk memfokuskan sehingga ia bisa melihat apa yang dikatakan dan dilakukannya.

Kedua, secara tegas, Anda ungkapkan apa yang Anda rasakan terkait dengan apa yang diucapkan dan dilakukan oleh orang tersebut. Setelah itu, Ketiga, Anda pun sebaiknya mengungkapkan apa yang kita kehendaki dan harapkan dari orang tersebut.

Dan kalaupun ternyata sikap kita tersebut tidak dihargai oleh orang tersebut, lantas pilihan terakhir yang mungkin kita lakukan barulah berupaya 'memberi pelajaran berharga baginya' namun Anda tetap mengendalikan emosi Anda.

Misalkan dalam suatu acara yang gagal, Anda pun dipersalahkan oleh rekan kerja Anda. Dia menyatakan didalam rapat umum bahwa salah satu sebab kegagalan acara adalah karena Anda begitu sibuknya sehingga dia tidak punya kesempatan untuk mempersiapkannya dengan Anda.

Padahal, jelas-jelas dialah yang sulit Anda hubungi dan berulangkali menolak untuk bertemu. Maka, teknik kungfu emosi ini bisa dipakai dengan kalimat, "Barusan saya mendengar Anda mengatakan bahkan acara ini menjadi gagal karena kurangnya persiapan waktu yang disebabkan oleh saya yang sulit untuk diajak bertemu.

Saat mendengar komentar Anda, terus terang saya marah sekaligus merasa dipersalahkan. Saya pikir lebih baik kita berfokus pada faktor-faktor yang membuat acara kita gagal daripada saling menyalahkan orang."

Namun, bagaimana jika ternyata yang diberitahu justru semakin gencar menyerang? Maka langkah memberikan pelajaran pun harus dimulai. Langkah pertama paling mudah dan sederhana adalah dengan membeberkan fakta yang perlu ia ketahui, sehingga ia tidak mengucapkan dan bersikap seenaknya.

Langkah membalas kedua adalah bisa dengan menyidir atau menggunakan humor sindiran buatnya. Selanjutnya, kalaupun ternyata berbagai cara tersebut tidak mempan dan orang itupun sama sekali tidak menghargai orang lain, mungkin beberapa langkah terakhir ini dapat dipakai, jika hal ini bisa menyadarkannya.

Meskipun, memang langkah ini sebaiknya dihindari. Sebab jika tidak dipergunakan dengan tepat, bisa menyulut api permusuhan yang semakin besar. Caranya, dengan menggunakan 'tombol panas' (hot button) orang tersebut, misalkan "Saya tahu Anda marah karena promosi Anda yang gagal.

Tetapi, jangan bawa-bawa emosi Anda dengan menuduh orang lain sembarangan". Ataupun jika orang tersebut tetap tidak bergeming, langkah terakhir adalah membingkai ulang serta balikkan (reframe and redirect) apa yang telah diucapkannya sehingga menjadi bumerang untuk orang itu sendiri.

Misalkan, "Heran sekali bisa punya partner segoblok kamu". Respons reframe and redirectnya menjadi, "Lha yang milih partner kan kamu, berarti kamu juga sama gobloknya dong".

Intinya, tentu saja menggunakan kungfu emosi ini harus bijak! Kita harus tetap memegang teguh prinsip-prinsip menghargai diri sendiri dan orang lain. Di sisi lain, kita juga fleksibel dalam menentukan langkah yang tepat, sebab tidak semuanya harus dilawan.

Seperti kata Bruce Lee, jadilah seperti air yang mengalir, Be water, my friend. Be water. It can flow or it can crash. Be water my friend!

Investasikan Emas, Bukan Uang...

07 Juni 2010

Banyak yang mengira sistem investasi berkebun emas adalah jaminan yang dijaminkan ulang, dan dijaminkan lagi, lalu dijaminkan lagi begitu seterusnya. Yang benar bukan demikian, bahkan kita memperbanyak barang jaminan jadi apabila terjadi kredit macet bank akan dengan mudah memperoleh ganti rugi dari jaminan berupa emas yang kita berikan karena nilai emas sangat likuid. Pernyataan pernyataan dari penulis mengenai persetujuan bank:

“Jangan khawatir dengan Bank, karena dengan konsep ini sama sekali tidak ada yang dirugikan. Saya sudah bicara dengan beberapa kepala cabang bank bahkan dengan Direktur salah satu Bank Syariah, mereka sangat antusias… karena ini merubah paradigma lama, bahwa kalau gadai itu lagi butuh uang, ini gadai menjadi pola investasi. Buat Bank ini merupakan peluang besar karena bisa meningkatkan omset penjualan produk gadainya… saya bahkan mau di Sponsori oleh salah satu Bank Syariah… Funtastic sekali pak…”

Mengenai sistem gadai cerdas menurut pemahaman saya bisa dijelaskan sebagai berikut:

Kita gunakan asumsi sebagai berikut:
- invest rutin 25 gram:
- harga emas 25 gram = 9 jt
- anda punya tambahan uang 3.75jt
- nilai gadai 80% dari harga taksir
- harga taksir bank 300rb/gram
- biaya penitipan 2500/gram/bulan

Nilai taksir dan kondisi aktual di bank mungkin berbeda, yang terbaik adalah:
- nilai gadai tinggi
- biaya rendah
- waktu singkat

Mari kita mulai.
Beli emas batangan 25 gram, gadaikan anda dapat dana segar 6 jt.

300rb x 80% = 240rb x 25gram = 6jt
setor biaya titipan 1 tahun, 2500×25x12 bulan=750rb

Posisi investasi anda menjadi:
1. 25 gram -> 6jt, tambah 3 jt dana segar = 9jt -> beli emas lagi | 750rb -> biaya titip
2. 25 gram

Kalau sudah ada dana tambahan 3.75 jt ulangi langkah diatas lagi, begitu seterusnya sesuai kebutuhan. Kalau sudah lima kali maka posisi menjadi:
1. 25 gram -> 6jt, tambah 3 jt dana segar = 9jt -> beli emas lagi | 750rb -> biaya titip
2. 25 gram -> 6jt, tambah 3 jt dana segar = 9jt -> beli emas lagi | 750rb -> biaya titip
3. 25 gram -> 6jt, tambah 3 jt dana segar = 9jt -> beli emas lagi | 750rb -> biaya titip
4. 25 gram -> 6jt, tambah 3 jt dana segar = 9jt -> beli emas lagi | 750rb -> biaya titip
5. 25 gram (disimpan)

Perhatikan biaya pembelian emas ke-2 dst, 2/3 modal adalah dari bank.

Setelah waktu berlalu, harga naik 30 persen, jadi emas batangan 25 gram sekarang nilainya 12jt, ayo kita panen, langkahnya cukup dibalik saja yaitu:

Jual emas nomor 5, maka anda mendapatkan dana segar 12 jt, dana segar ini kita pakai untuk menebus 2 emas lainnya. Ulangi sampai semua emas ditebus, dan jual semuanya.

Maka posisinya:
penjualan emas 5 x 12 jt = 60 jt
tebus gadai 4 x 6 jt = 24 jt
sisa = 36 jt ——> sub total 1

Berapa modal anda?
1. beli emas pertama = 9 jt
2. beli emas ke 2-5 = 3jt x 4 = 12 jt
3. biaya titip 750rb x 4 = 3 jt
total modal = 24 jt ——> sub total 2

Keuntungan anda:
-=[{sub total 1 - sub total 2 = 36 jt - 24 jt = 12 jt}]=-

Perbandingan keuntungan metode biasa vs metode cerdas dg modal awal 24 jt:

Modal 24jt belikan emas sewaktu harga batangan 25 gram = 9jt, maka per gram berarti 360rb.

24 jt : 360 rb dapat emas 66.66 gram

Ketika harga naik 30% kita jual menjadi rp 468 ribu/gram:
66.66 * 468 ribu = 31,196,880 dikurangi modal 24 jt
-={untung = 7,196,880}=-

Bandingkan dengan sistem cerdas, kuntungan hampir 2 kali lipat.

Kalau harga naik 30% kurang dari satu tahun maka keuntungan lebih banyak lagi karena biaya jasa titip menjadi lebih rendah.

Sumber : www.purwo.com


KebunEmas.com


Ingin info lebih jelas dan tertarik mengetahui lebih dalam, silahkan baca ebook dan registrasikan diri anda sebelum terlambat di KEBUN EMAS

Dalam Terang Cahaya Keheningan

25 Mei 2010

Oleh: Gede Prama

Sebuah peradaban yang riuh, demikian sebuah komentar menyimpulkan kehidupan di awal abad 21. Lebih-lebih ketika menghampar krisis energi dan pangan. Banyak yang sepakat kalau dunia sedang mengalami kepanikan global. Wakil AS menuduh India menghabiskan cadangan pangan karena jumlah penduduknya yang besar. Wakil India menuding balik dengan menyebutkan kalau Amerika Serikat dengan seluruh keserakahannya yang membuat krisis pangan dan energi. Di Indonesia, pangan dan energi ini juga menjadi komoditi politik untuk menjatuhkan lawan.

Ada yang menelaah wajah peradaban ini tidak dengan analisis, namun dengan lelucon. Suatu hari seorang pemuda kebingungan memilih isteri. Datanglah dia pada seorang sesepuh. Dan diberitahulah syarat-syarat calon isteri yang baik. Dari berwajah cantik, puteri orang kaya, bekerja, berkinerja dahsyat di tempat tidur sampai dengan bisa diminta mengepel lantai.

Ternyata, setelah dicari-cari tidak ada wanita ideal seperti itu. Bila cantik, puteri orang kaya, wanita karir, maka harga yang harus dibayar, suaminya terpaksa mengisi keseharian dengan mengepel lantai, sambil bernyanyi sendu lirik lagu "diriku tak pernah lepas dari penderitaan".

Semakin dipertentangkan, semakin panas

Peradaban manusia serupa, setiap kelebihan meminta ongkos berupa kekurangan. Keserakahan hanya mau kelebihan, dan berharap kelebihan tidak berubah-ubah menjadi kekurangan, itulah awal kehidupan yang riuh dan penuh penderitaan.

Dulu ketika dunia dibuat takut oleh potensi perang bintang antara dua negara adi kuasa, tidak ada tanda-tanda ketakutan akan bom teroris. Sekarang ketika ketakutan perang global berhenti, bahkan memasuki hotel pun harus diperiksa petugas keamanan.

Nasib bangsa ini setali tiga uang. Ia terlihat berputar dari satu ketidakpuasan menuju ketidakpuasan lain, karena manusianya menolak semua kekurangan. Di zaman orde baru, sebagian hak-hak politik memang dikekang, tapi di zaman itu harga pangan, papan dan minyak terjangkau. Di zaman reformasi ini, kebebasan politik berkibar-kibar, siapa pun boleh dikritik, namun ia harus dibayar dengan harga pangan, papan dan minyak yang semakin jauh dari jangkauan. Persis sama dengan lelucon pemuda yang bingung mencari isteri, setiap kelebihan harus dibayar dengan kekurangan.

Di tengah pengapnya peradaban oleh banyak sekali ketidakpuasan, tidak terhitung jumlah rapat, konferensi, wacana, seminar sampai kuliah tingkat tinggi di perguruan tinggi yang mau mencoba mengurai situasi. Dan ternyata, semakin diperdebatkan peradaban jadi semakin panas.

Bila ada hasilnya, peradaban akan tambah sejuk. Namun sebagaimana dirasakan bersama, bumi tambah panas baik secara fisik, psikologis, spiritual. Jika ditelusuri lebih dalam kehidupan manusia, ia ditandai kelahiran dengan tangisan bayi yang riuh, serta kematian plus tangisan orang yang ditinggalkan yang juga riuh. Bila di tengah-tengahnya juga riuh dengan perdebatan dan perkelahian, menimbulkan pertanyaan mendalam, kapan manusia punya kesempatan berjumpa keheningan?

Menjadi satu dengan alam

Alam sebagai guru bertutur terang, semuanya berubah, semuanya membawa kelebihan-kekurangan. Siang berganti malam, malam berganti siang. Bila gunung tinggi, jurangnya dalam. Diperdebatkan atau tidak, tetap seperti ini. Memahami dalam-dalam sifat alami inilah yang membukakan keheningan.

Seorang guru yang punya banyak murid di Barat agak terang dalam hal ini. Tahapan memasuki pintu keheningan sebenarnya sederhana. Pertama-tama, belajar dari alam. Kemudian hidup sesuai prinsip-prinsip alami. Sebagai hasilnya, manusia bisa melihat kebenaran di balik alam. Dan ujung-ujungnya baru bisa menjadi satu dengan alam. Sebelum menyatu dengan alam, manusia akan terus berputar dari satu penderitaan ke penderitaan lain.

Ia yang bersatu dengan alam tahu, ada bimbingan, ada kesempurnaan, ada keindahan di sana. Laut sebagai contoh, ia membawa bimbingan-bimbingan. Sama dengan hidup manusia, ada gelombang tinggi (baca: kaya, dikagumi), ada gelombang rendah (kehidupan orang biasa). Namun tanpa memandang tinggi-rendah, gelombang mana pun ikhlas dan rendah hati pada bibir pantai. Seperti sedang bercerita, ikhlas dan rendah hatilah, ini yang membuat kematian berhenti berwajah menakutkan.

Siapa yang mengisi kesehariannya dengan keikhlasan dan kerendahatian, akan menemukan bahwa alam sebenarnya sebuah perpustakaan agung. Berlimpah pengetahuan dan kebijaksanaan yang disimpan di sana. Perhatikan laut lebih dalam lagi. Di permukaan ia senantiasa bergelombang. Sama dengan hidup manusia. Di kedalaman yang dalam, tidak ada gerakan apa lagi gelombang. Hanya hening yang melukis keindahan dan kesempurnaan.

Cermati apa yang ditulis Zenkei Shibayama dalam A Flower does not talk: "silently a flower blooms, in silence it falls away….pure and fresh are the flowers with dew….calmly l read the True Word of no letters". Bunga mekar tanpa suara, berguguran juga tanpa suara. Tanpa keluhan tanpa perdebatan. Ada kesucian yang menggetarkan dalam bunga yang berhiaskan embun pagi. Dalam bimbingan hening, tiba-tiba terbaca makna tanpa kata-kata. Zenkei Shibayama menyebutnya Scripture of no letters. Tanpa kata-kata, tanpa keriuhan. Hanya sebuah hati yang berkelimpahan dalam dirinya!

Kembali ke cerita awal tentang peradaban yang riuh, dunia memang sedang dibelit krisis. Namun ketika kata-kata, perseteruan memperpanas suhu panas peradaban yang sudah panas, mungkin ini saatnya membaca Scripture of no letters. Ada yang menyebutnya pengetahuan di dalam yang hanya membuka dirinya di puncak keheningan.

Untuk melangkah ke sana, mulailah hidup sesuai hukum alam. Ia yang mengalir bersama alam, tersenyum pada setiap putaran alam tahu sebenarnya tidak ada hukuman. Apa yang kerap disebut sebagai bencana, sebenarnya hanya undangan laut untuk menyelam semakin dalam. Memasuki wilayah-wilayah tanpa gelombang (baca: tanpa perdebatan) namun penuh keheningan.

Sebagaimana ditulis rapi oleh kehidupan para Mahasidha (manusia yang menjadi agung karena melewati banyak rintangan seperti Jalalludin Rumi, Bunda Theresa, Milarepa, Mahatma Gandhi), awalnya bencana terlihat sebagai cobaan. Namun begitu dialami, ia memperkuat otot-otot kehidupan. Persis seperti otot fisik yang kuat karena banyak dilatih. Bila begini cara memandangnya, bencana bukannya membawa kegelapan kemarahan, ia membawa cahaya penerang.

Berbekalkan ketekunan, bencana membuat batin kebal dengan penderitaan. Kekebalan ini kemudian membuat manusia bisa menyambut semua dualitas (baik-buruk, sukses-gagal, hidup-mati) dengan senyuman yang menawan. Inilah secercah cahaya keheningan. Ia menyisakan hanya satu hal: compassion is the only nourishment. Dualitas memang lenyap, kasih sayang kemudian membuat kehidupan berputar.



KebunEmas.com

Mari Bersyukur

27 Maret 2010

“Keinginan-keinginan yang ada pada manusialah yang seringkali menjauhkan manusia dari kebahagiaan.”
-- Buddha
Warung nasi uduk itu sebenarnya enak punya. Rasa nasinya gurih. Ayam gorengnya kriuk-kriuk. Bebeknya tidak lengket dan empuk. Tapi kok malam itu sepi sekali. Pengunjungnya hanya satu dua saja. Mereka datang dan pergi. Mungkin karena malam itu hujan.

Ups, salah. Di tengah gerimis mengundang, si pemilik warung itu bilang, keadaan itu sudah berlangsung sejak lama. Sebabnya, tak jauh dari tempat dia membuka tendanya, sudah ada sekitar enam warung sejenis. Wajarlah bila pengunjung jadi sepi. Dengan penuh gelak tawa dia berkisah tentang kemunduran usahanya.

Aneh betul si bapak. Rugi kok masih haha-hihi. Baginya, meski pendapatan terus menurun, dia tetap senang. Masih banyak pelanggan setia yang selalu mampir ke warungnya. Meski berkurang, pendapatannya tetap ada. Dari sedikit untung yang dia tabung, ia dapat menyekolahkan ketiga anaknya hingga masuk universitas negeri. Wajahnya begitu berseri-seri menceritakan itu.

Sebaliknya, wajah keruh terlihat pada wajah seorang kolega. Pangkal sebabnya ternyata soal pendapatannya yang menurun. Setelah kontrak kerjanya selesai, dia mendapatkan pekerjaan di kantor yang baru. Sayangnya, gaji yang didapatkannya sedikit berkurang. Mau ditolak, dia butuh pemasukan.

Lain ladang lain ilalang. Nasi uduk dan kantor profesional adalah dua dunia yang berbeda tentu saja. Pendapatannya juga jauh berbeda. Bila mau dihitung, tentu pendapatan si teman bisa jadi lebih besar ketimbang si penjual nasi uduk.

Faktor lainnya, penghasilan si pekerja sudah pasti tetap. Sebaliknya, si penjual nasi uduk, kadang tak tentu besar yang didapatkannya. Bukan itu saja, si penjual nasi uduk bisa saja kehilangan segalanya. Misalnya karena lahan jualannya kena proyek pelebaran jalan atau mungkin akan dijadikan bangunan perkantoran.

Wajah menjadi jendela hati. Wajah si bapak penjual nasi uduk bisa berseri-seri karena dia menerima apa adanya dengan rezeki yang jatuh padanya. Lebih tepatnya, karena dia mensyukuri semua yang didapatkannya. Sebaliknya, sang teman, meski penghasilannya lebih pasti dan lebih besar, terbebani sebuah kenyataan yang tidak sesuai harapannya.

Alhasil, semua yang dia dapatkan seolah tak ada artinya. Bahkan dia pun bersungut-sungut. Padahal, andai saja dia mau melihat ke sekelilingnya, terlalu banyak kelebihan yang didapatkannya. Dia masih melihat anak-anaknya pergi sekolah di saat banyak anak yang berdiam di rumah karena orang tuanya tak sanggup lagi menyekolahkannya. Dia masih berada di dalam mobil yang sejuk di saat orang lain berdesakan di dalam bus yang pengap.

Bersyukur berarti menerima sepenuhnya apa yang telah menjadi rezeki kita tanpa harus menggugat apalagi mengeluhkan kekurangan. Bersyukur dapat pula berarti menerima semua hal yang didapat, baik keberhasilan ataupun kegagalan. Baik anugerah ataupun musibah. Karena tak semua keinginan dapat terwujud. Bersyukur bukan pula berarti menerima lalu pasrah. Melainkan berusaha untuk mewujudkan semua keinginan tersebut. Bila gagal, cobalah terus berusaha, semua terjadi karena waktu yang belum tepat.

Di tenda itu, si bapak pemilik warung nasi uduk telah melakoni sebuah peran yang teramat sulit dilakukan banyak orang: mensyukuri semua nikmat yang ada. Dampaknya tak hanya membuat hidupnya menjadi lebih bahagia, tetapi juga lebih cerah. Si bapak itu tampak lebih muda dan segar. Sedangkan si teman yang selalu menggerutu, wajahnya terlihat letih dan tua sebelum waktunya. Percayalah, bersyukur membuat hidup menjadi lebih rileks.

*) Sonny Wibisono, penulis buku 'Message of Monday', PT Elex Media Komputindo, 2009

Random Post

Widget edited by Nauraku

Arsip Komentar

Free Image Hosting


 

Top Post

SUARA MERDEKA CYBERNEWS

detikInet