Dare Dreamer atau Day Dreamer?"

24 Februari 2009

Happy are those who dream dreams and are ready to pay the price to make them come true." - Leon Joseph Cardinal Suenens


Oleh : Anthony Dio Martin

Baru-baru ini, saya menyaksikan tayangan biografi Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, Barack Hussein Obama. Menilik perjalanan hidupnya, sangat sulit terbayangkan bagaimana anak yang ditinggal oleh ayah kandungnya sejak kecil dan sempat berpindah tempat tinggal, termasuk pernah tinggal di Indonesia ini, akhirnya menjadi orang nomor satu di negara adidaya Amerika Serikat.

Dengan darah campuran antara ibu kulit putih dan ayah keturunan Afrika, membuatnya sempat mengalami kebingungan identitas. Bahkan, pada usia awalnya, Obama sempat berkenalan dengan narkoba. Namun, segalanya mulai berubah tatkala ia diterima di Harvard Law School dan mulai melihat titik terang dalam hidupnya.

Mulailah Obama berani bermimpi, setahap demi setahap. Mulai dari masuk ke Kongres, menjadi senator hingga menjadi presiden. Sebuah perjalanan yang hanya bisa dilewati dengan berpegang teguh pada mimpinya. Pada diri Barack Obamalah, kita melihat bagaimana pidato Martin Luther King yang terkenal, "I have a dream", betul-betul terwujud!

Daring dream atau day dream?

Sudah begitu banyak buku, seminar, artikel yang mengajarkan kepada kita soal pentingnya menetapkan sebuah impian. Namun, pertanyaan-nya yang terpenting sekarang: apakah yang kita miliki sekadar mimpi (day dream) atau itu merupakan mimpi berani yang harus dicapai (daring dream)?

Dalam pembelajaran selama hidup ini, dari buku - buku yang saya baca, seminar yang penah saya ikuti, termasuk belajar dari kisah hidup Barack Obama, saya mendefinisikan ada lima perbedaan kualitas antara yang berani bermimpi (daring dream) dan sekadar bermimpi (day dream). Pertama, orang yang berani bermimpi menggantungkan kepada disiplin diri untuk meraihnya, sedangkan seorang pemimpi menggantungkan kepada keberuntungan. Seorang yang berani bermimpi, umumnya punya disiplin yang kuat untuk merealisasikan mimpinya.

Ambil contoh Barack Obama, tatkala kalah dari Bobby Rush dalam pemilihan Partai Demokrat untuk US House of Representative pada 2000, dia tidak menyerah dan masih setia mewujudkan mimpi-mimpinya. Dengan kepala tegak dan penuh disiplin, Barack Obama tetap melanjutkan perjuangan prinsip-prinsipnya. Itulah salah satu disiplin mewujudkan mimpi yang ditunjukkan Barack Obama. Dalam hal ini, benarlah apa yang dikatakan motivator dunia, Jim Rohn bahwa, "Discipline is the bridge between goals and accomplishment. "

Jelas, hanya kedisiplinanlah yang menjadi kunci atau jembatan untuk merealisasikan setiap mimpi kita. Kedua, pribadi yang berani bermimpi tetap terfokus pada proses pencapaian, sedangkan pemimpi selalu terfokus kepada tujuan akhir saja, serta enggan melewati prosesnya. Lihatlah Barack Obama. Ia memulai proses menjadi kandidat presiden dengan tertatih-tatih, satu demi satu persaingan yang berat harus dihadapinya. Termasuk persaingan yang luar biasa adalah justru tatkala ia harus berhadapan dengan Hillary Clinton, istri mantan Presiden Bill Clinton yang sudah begitu dikenal. Jutaan pasang mata bisa melihat bagaimana proses perdebatan yang sengit terjadi di antara mereka, dan Obama menjadi Presiden bukannya dengan jalan yang mulus.

Namun, itulah proses perjuangan yang ditunjukkan seorang Barack Obama. Berbicara tentang hal ini, Greg Anderson, seorang penulis dari Amerika dan pendiri American Wellness Project pernah berujar, "Focus on the journey, not the destination. Joy is found not in finishing an activity but in doing it." Sungguh tepat! Karena itu, kita pun perlu berfokus pada proses pencapaian setiap visi, impian dan cita - cita kita, sesulit apa pun! Dan mulai menikmati proses dalam pencapaiannya. Herannya, tatkala kita betul-betul menikmatinya, suatu ketika kita akan merasa bahwa, tanpa disadari ternyata kita sudah bisa meraih apa yang kita angan-angankan. Ketiga, seorang yang berani bermimpi mencari alasan untuk bertindak, sedangkan seorang pemimpi mencari alasan untuk mengeluh.

Seorang yang benar - benar berani bermimpi, memfokuskan diri kepada tindakan - tindakan yang makin mengarahkan kepada mimpinya. Sebagai seorang yang pernah berkerja sama dan menggunakan metode 'agitasi emosi'-nya Paul Allinski, Barack Obama banyak meletakkan dirinya pada situasi ketika ia betul-betul 'marah' pada kondisinya sekarang untuk memaksanya mengambil tindakan. Itulah yang diajarkan oleh Obama. Tatkala kita tidak puas dengan kondisi sekarang dan mengharapkan yang lebih baik, janganlah mengeluh tetapi berbuatlah sesuatu yang mampu mewujudkan kondisi yang lebih baik. Fokus Obama hanya satu, yaitu bertindak untuk mencapai apa yang menjadi impiannya.

Bagaimana dengan Anda? Lebih banyak berkeluh kesah atau bertindak? Keempat, seorang yang berani bermimpi selalu mengambil inisiatif, sedangkan orang yang hanya bermimpi selalu menunggu. Seorang pemimpi punya kecenderungan menunggu. Entah menunggu waktu baik, hari baik, kesempatan lebih baik, peluang lebih baik, rekan yang baik, tempat yang baik, dan hal baik lainnya yang selalu menjadi prekondisi untuk mewujudkan impiannya. Hal ini kontradiktif sekali dengan orang yang benar - benar berani bermimpi. Dalam kondisi atau situasi apa pun, orang ini selalu mengambil inisiatif. Apa yang belum ada, maka dia akan berusaha keras untuk mencari atau bahkan menciptakannya.

Perhatikan Barack Obama, kelahiran 1961, yang tidak menunggu lantaran usianya yang relatif muda sebagai politisi. Bandingkan dengan Obama yang tidak menunggu kesempatan datang, selalu mengejar bahkan menciptakan peluang. Termasuk saat Obama berusaha bergabung dengan Sidley and Austin law firms di mana ia bertemu dengan Michelle pertama kali, sekaligus kesempatannya untuk bertemu dengan para top leader. Akhirnya, kelima, seorang yang berani bermimpi selalu menganggap bahwa dirinyalah yang bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi, sedangkan seorang pemimpi menganggap bahwa yang terjadi adalah tanggung jawab orang lain.

Kualitas terakhir inilah yang menjadi penentu antara seorang yang sekadar pemimpi dengan yang berani bermimpi. Mereka yang berani bermimpi, punya respons yang benar atas apa pun yang terjadi. Pada saat terjadi kesalahan ataupun kekeliruan, diri mereka tidak mencari 'kambing hitam' untuk dipersalahkan, tetapi selalu belajar dari pengalaman itu. Mulai saat ini, marilah menjadikan diri kita sebagaiDare dreamer bukan hanya seorang day dreamer! Ngomongngomong, tahukah Anda buku pertama yang ditulis BarackObama yang sebagian besar diselesaikan di Bali, berhubunganjuga dengan mimpi yakni, "Dreams from My Father"!Barack Obama adalah dare dreamer sejati!


0 komentar:

Random Post

Widget edited by Nauraku

Arsip Komentar

Free Image Hosting


 

Top Post

SUARA MERDEKA CYBERNEWS

detikInet