Suatu hari Sang Guru sedang rapat dengan seorang rekan bisnisnya. Di tengah-tengah rapat, tiba-tiba seorang anak buah Sang Guru masuk ke ruang rapat sambil tersengal-sengal dan dengan kalut dia melaporkan sesuatu kepada Sang Guru.
Sang Guru menjawab: "Ingat peraturan nomor 5." Mendengar ini, anak buahnya kontan jadi tenang, meminta maaf, dan mohon diri.
Sepenanak nasi kemudian, seorang anak buah lainnya dari Sang Guru menginterupsi rapat dan dengan resah mengeluhkan suatu masalah yang tampaknya membuatnya berbeban berat.
Sang Guru menjawab: "Ingat peraturan nomor 5." Mendengar ini, anak buahnya kontan jadi tenang, meminta maaf, dan mohon diri.
Sejenak berlalu, lagi-lagi seorang anak buah yang lain dari Sang Guru menerobos ke ruang rapat dan dengan penuh kekesalan menyampaikan uneg-unegnya kepada Sang Guru.
Sang Guru menjawab: "Ingat peraturan nomor 5." Mendengar ini, anak buahnya kontan jadi tenang, meminta maaf, dan mohon diri.
Menyaksikan peristiwa itu, rekan bisnis Sang Guru tidak tahan lagi untuk mengungkapkan rasa penasarannya. Ia bertanya: "Apa sih peraturan nomor 5 itu?"
Sang Guru menjawab: "JANGAN SERIUS-SERIUS AMAT LAH."
"Ooo, itu peraturan yang bagus," ujar rekan bisnisnya seraya mengangguk-angguk, "lalu, apa bunyi peraturan-peraturan lainnya?"
"Nggak ada sih, itu aja!" sahut Sang Guru sambil tersenyum lebar.
Cerita di atas mengajarkan kepada kita banyak hal mengenai kelapangan hati. Dalam keseharian hidup, kita senantiasa berkecimpung dengan hal-hal yang membuat kita cemas dan kesal. Andaikata kita bisa meletakkan setiap permasalahan kita dalam perspektif yang benar-benar esensial dan bernilai, kita akan bisa berpikir dengan lebih jernih.
Sebuah studi menunjukkan bahwa "penyebab kecemasan" orang-orang adalah:
Hal-hal yang tak pernah terjadi: 40%
Hal-hal yang silam dan tak bisa diubah: 30%
Perasaan takut sakit: 12%
Hal-hal sepele atau kurang beralasan: 10%
Masalah yang nyata/betulan: 8%
Jadi, survei membuktikan: 92% adalah kecemasan semu nan sia-sia!
Seiring dengan tumbuhnya kedewasaan spiritual kita, kita akan semakin menyadari kenyataan bahwa sehebat apa pun, kita dan segala atribut kita bukanlah pusat dari alam semesta. Dengan pemahaman ini, tatkala kita menghadapi kecemasan atau kekesalan, kita bisa mengingatkan diri bahwa apa yang terjadi pada kita bukanlah hal yang bersifat "personal".
Alam dan kehidupan berjalan secara tidak memihak. Semakin kita mampu menyelaraskan diri dengan jalannya kehidupan, akan semakin damai dan bahagialah kita. Kalau kita senantiasa ingat "peraturan nomor 5", kita akan lebih mudah untuk terus bangkit dan melenggang dalam segala terpaan hidup.
Alkisah, sebuah keluarga sederhana memiliki seorang putri yang menginjak remaja. Sang ayah bekerja sebagai tukang batu di sebuah perusahaan kontraktor besar di kota itu. Sayang, sang putri merasa malu dengan ayahnya. Jika ada yang bertanya tentang pekerjaan ayahnya, dia selalu menghindar dengan memberi jawaban yang tidak jujur. "Oh, ayahku bekerja sebagai petinggi di perusahaan kontraktor," katanya, tanpa pernah menjawab bekerja sebagai apa.
Si putri lebih senang menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Ia sering berpura-pura menjadi anak dari seorang ayah yang bukan bekerja sebaga itukang batu. Melihat dan mendengar ulah anak semata wayangnya, sang ayah bersedih. Perkataan dan perbuatan anaknya yang tidak jujur dan mengingkari keadaan yang sebenarnya telah melukai hatinya.
Hubungan di antara mereka jadi tidak harmonis. Si putri lebih banyak menghindar jika bertemu dengan ayahnya. Ia lebih memilih mengurung diri di kamarnya yang kecil dan sibuk menyesali keadaan. "Sungguh Tuhan tidak adil kepadaku, memberiku ayah seorang tukang batu," keluhnya dalam hati.
Melihat kelakuan putrinya, sang ayah memutuskan untuk melakukan sesuatu. Maka, suatu hari, si ayah mengajak putrinya berjalan berdua ke sebuah taman, tak jauh dari rumah mereka. Dengan setengah terpaksa, si putri mengikuti kehendak ayahnya.
Setelah sampai di taman, dengan raut penuh senyuman, si ayah berkata, "Anakku, ayah selama ini menghidupi dan membiayai sekolahmu dengan bekerja sebagai tukang batu. Walaupun hanya sebagai tukang batu, tetapi ayah adalah tukang batu yang baik, jujur, disiplin, dan jarang melakukan kesalahan. Ayah ingin menunjukkan sesuatu kepadamu, lihatlah gedung bersejarah yang ada di sana. Gedung itu bisa berdiri dengan megah dan indah karena ayah salah satu orang yang ikut membangun. Memang, nama ayah tidak tercatat di sana, tetapi keringat ayah ada di sana. Juga, berbagai bangunan indah lain di kota ini di mana ayah menjadi bagian tak terpisahkan dari gedung-gedung tersebut. Ayah bangga dan bersyukur bisa bekerja dengan baik hingga hari ini."
Mendengar penuturan sang ayah, si putri terpana. Ia terdiam tak bisa berkata apa-apa. Sang ayah pun melanjutkan penuturannya, "Anakku, ayah juga ingin engkau merasakan kebanggaan yang sama dengan ayahmu. Sebab, tak peduli apa pun pekerjaan yang kita kerjakan, bila disertai dengan kejujuran, perasaan cinta dan tahu untuk apa itu semua, maka sepantasnya kita mensyukuri nikmat itu."
Setelah mendengar semua penuturan sang ayah, si putri segera memeluk ayahnya. Sambil terisak, ia berkata, "Maafkan putri, Yah. Putri salah selama ini. Walaupun tukang batu, tetapi ternyata Ayah adalah seorang pekerja yang hebat. Putri bangga pada Ayah." Mereka pun berpelukan dalam suasana penuh keharuan.
Pembaca yang budiman,
Begitu banyak orang yang tidak bisa menerima keadaan dirinya sendiri apa adanya. Entah itu masalah pekerjaaan, gelar, materi, kedudukan,dan lain sebagainya. Mereka merasa malu dan rendah diri atas apayang ada, sehingga selalu berusaha menutupi dengan identitas dankeadaan yang dipalsukan.
Tetapi, justru karena itulah, bukan kebahagiaan yang dinikmati. Namun, setiap hari mereka hidup dalam keadaan was was, demi menutupi semua kepalsuan. Tentu, pola hidup seperti itu sangat melelahkan.
Maka, daripada hidup dalam kebahagiaaan yang semu, jauh lebih baik seperti tukang batu dalam kisah di atas. Walaupun hidup pas-pasan, ia memiliki kehormatan dan integritas sebagai manusia.
Sungguh, bisa menerima apa adanya kita hari ini adalah kebijaksanaan. Dan, mau berusaha memulai dari apa adanya kita hari ini dengan kejujuran dan kerja keras adalah keberanian!
Puspa sangat senang ketika mengikuti acara ulang tahun perusahaan. Sebetulnya bukan hanya Puspa, semua orang juga senang. Salah satu acaranya adalah pembagian door prize. Door prize ini sangat menarik karena jumlahnya banyak. Semua orang pasti dapat. Dari handphone (HP), walkman, DVD player, hingga selimut, gelas, panci, jaket dan berbagai jenis barang lainnya. Puspa sudah mengincar HP karena HP-nya sudah sering mati, sudah saatnya beli baru. Apalagi HP yang dijadikan door prize ada tiga unit. Berarti kesempatan makin besar kan?
Cara pembagian door prize berbagai macam, ada yang diundi, ada yang diberikan bagi yang bisa menjawab pertanyaan, dan sebagainya. Dua HP telah dibagikan secara diundi. Puspa masih mengharap untuk mendapatkan HP ketiga. Saat itu dikatakan bahwa HP ketiga akan diberikan kepada yang rumahnya paling jauh dari kantor. Puspa sangat gembira, rumahnya di Tangerang. Segera dia mengacungkan tangannya.
Pada saat bersamaan ada dua orang lain yang mengacungkan tangan. Yang satu tinggal di Ciputat, Jakarta Selatan, dan yang kedua tinggal di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Pembawa acara menanyakan kepada para hadirin untuk menentukan mana yang rumahnya paling jauh. Beberapa orang memilih Puspa yang rumahnya paling jauh karena tinggal di Tangerang. Hampir semua orang setuju, Puspa sudah senang sekali.
Tapi tiba-tiba ada yang mengatakan bahwa sebenarnya yang di Tanjung Priok lebih jauh jaraknya. Tangerang memang bisa dikatakan luar Jakarta, tapi dari segi jarak, masih lebih jauh yang di Tanjung Priok. Hadirin lain ada yang setuju dan ada yang tidak setuju. Tapi karena lebih banyak yang setuju, akhirnya orang yang rumahnya di Tanjung Priok terpilih sebagai pemenang yang berhak mendapatkan HP.
Semua orang menganggap hal tersebut sebagai permainan saja. Tapi bagi Puspa, kejadian itu sangat mengecewakannya. Dia sangat kecewa dengan keputusan tersebut. Akhirnya Puspa mendapat sebuah selimut tebal. Puspa sangat kecewa.
Beberapa waktu kemudian, terjadilah hujan lebat selama beberapa hari di Jakarta sehingga beberapa daerah terkena banjir. Rumah Puspa kebetulan aman dari banjir. Tapi rumah karyawan yang tinggal di Tanjung Priok itu terlanda banjir. Untunglah seluruh anggota keluarganya sempat dievakuasi. Diselamatkan HP
Setelah kembali bekerja, dia bercerita bahwa door prize HP yang diperolehnya telah menyelamatkannya. Dengan HP tersebut dia bisa menghubungi sanak saudaranya sehingga mereka bisa minta bantuan tim penyelamat untuk mengevakuasinya dan seluruh anggota keluarga. Mendengar hal ini, Puspa malu sendiri. Ternyata HP tersebut lebih berguna di tangan orang lain. Puspa malu pada dirinya sendiri. Bukankah dia bisa beli HP baru lagi asalkan mau menabung? Dia merasa harus bersyukur karena teman kerjanya terselamatkan oleh HP tersebut. Kini Puspa bisa mensyukuri hadiahnya karena ternyata adiknya sakit dan menggigil akibat demam tinggi. Selimut tebal Puspa menjadi penyelamat sementara karena di rumah memang tidak ada selimut.
Ketika saya menjadi pembicara di salah satu public workshop, salah seorang peserta, seorang ibu, bercerita. Ibu ini mempekerjakan seorang pembantu rumah tangga di rumahnya. Baru dua minggu bekerja, pembantu tersebut mengajukan satu pertanyaan yang mengejutkan. Dia bertanya: "Bu, Ibu kok tiap hari pesta?". Tentu saja Ibu itu terkejut, dia tidak merasa mengadakan pesta di rumahnya. Apalagi pesta tiap hari. "Pesta? Pesta apa?", tanyanya heran. "Ibu tiap hari masak ayam. Itu kan pesta?", jawab pembantunya dengan polos. Tentu saja Ibu ini terkejut, tersentak, dan sekaligus terharu.
Hatinya tersentuh. Hampir menangis rasanya. Berarti, pembantu ini biasanya hanya makan ayam di saat pesta. Karena itu, pembantunya heran mengapa di tempatnya bekerja setiap hari masak ayam, mengapa setiap hari mengadakan pesta. Ibu ini hanya diam saja, tidak bisa berkata apa-apa, tidak bisa menjawab. Matanya berkaca-kaca.
Sambil menceritakan kisah inipun, mata beliau berkaca-kaca. Kisah tersebut membuat semua orang yang ada di ruangan itu, seluruh peserta public workshop termasuk saya yang menjadi pembicara, merasa tersentuh dan terharu, sekaligus merasa malu. Mata kami juga berkaca-kaca.
Salah seorang peserta mengaku merasa malu pada dirinya sendiri setelah mendengar kisah tersebut. Dia berkata: "Di rumah, anak-anak saya sering berkata Bosan ah. Makan ayam melulu.'' Padahal di luar sana, masih ada orang yang hanya makan ayam kalau pesta". "Kita harus belajar untuk bersyukur" kata salah seorang peserta lain. Semua setuju. Semua orang tergerak untuk mensyukuri apa yang sudah dimiliki. Mensyukuri semua yang sudah diberikan Tuhan kepada kita.
Seorang ibu yang berusia 50 tahun selalu dikira baru berumur 30 tahun. Benar-benar awet muda. Ketika ditanya apa rahasianya, beliau menjawab:"Selalu bersyukur. Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk kita. Meskipun kita tidak menyadarinya." Betul sekali, Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk kita semua.
Pria setengah baya bahkan cenderung tampak mendekati manula itu berpenampilan sederhana. Tak satupun penampilannya menarik perhatian orang. Apalagi jika kita tahu apa profesinya, sebagian besar orang akan memandangnya dengan sebelah mata.
Pria tersebut adalah Wahyu Susilo, kelahiran Solo 55 tahun silam. Profesinya adalah tukang sedot tinja di kota pahlawan Surabaya!! Pernahkah kita berpikir profesi yang menurut kita sedemikian kotor, bahkan mungkin kita bisa muntah bila melakukannya, merupakan profesi pilihan Pak Wahyu. Berawal dari pemikiran sederhana pada tahun 1975, saat WC di rumahnya mampet. Pak Wahyu telah memanggil tukang sedot tinja, tapi berhari-hari ditunggu tidak datang. Akhirnya Pak Wahyu memahami bahwa perusahaan jasa penyedotan tinja di Surabaya saat itu hanya ada 2, dan mereka sibuknya bukan main, dan peluang untuk usaha tersebut masih terbuka lebar. Dengan mengesampingkan gengsi dan kejijikannya, Pak Wahyu bertekad membuka usaha di bidang penyedotan tinja. Untuk mewujudkan impiannya, Pak Wahyu mencoba mengorek informasi tentang bisnis ini. Ternyata truk tinja dan peralatannya membutuhkan dana 11 juta pada waktu itu. Dana yang sangat besar, sedangkan Pak Wahyu pada saat tersebut hanya sebagai sopir bemo. Karena tekadnya sudah bulat, beliau mengumpulkan uang yang dipunyai, termasuk menjual bemonya dan hanya terkumpul uang Rp 1 juta.
Akhirnya Pak Wahyu hanya mendapatkan truk Thames buatan tahun 1950 dan peralatan sedot tinja bekas yang diperbaiki, seharga Rp 750.000. Sisa uang Rp 250.000 digunakan untuk memasang telepon di rumahnya. Berdirilah PT. Tinja yang merupakan perusahaan jasa penyedotan tinja ke 3 di Surabaya.
Karena modal hanya pas-pasan Pak Wahyu terpaksa menjadi sopir sekaligus tukang sedot tinjanya. Istrinya ikut membantu di rumah dengan menerima order dan pembayaran. Semuanya dijalani dengan penuhkeyakinan tanpa rasa gengsi. Pernah suatu saat, Pak Wahyu sedang bertugas di rumah seorang dokter, kebetulan anak dokter tersebut sedang ngambek belajar, sang dokter bilang kepada anaknya, kalau tidak mau belajar nanti jadi seperti itu sambil menunjuk Pak Wahyuyang sedang menyedot tinja. Berbagai halangan beliau lalui, seperti tetangganya protes karena bau dan lalat menyebar ke sekitarnya. PakWahyu akhirnya sampai pindah tempat. Usaha Pak Wahyu makin berkembang, armada truk yang tadinya 1 unit, berkembang menjadi 10 unit pada tahun 1984.
Hotel itu dibangun dari kotoran manusia !
Pelanggannya antara lain sudah sampai hotel berbintang. Karena sering keluar masuk hotel elit itulah Pak Wahyu ingin sekali membangun sebuah hotel dan ingin menikmatinya. Keinginannya sempat ditertawakan beberapa kawannya, bagaimana seorang tukang sedot tinja mau membangun sebuah hotel? Akhirnya sebuah bank menawari pinjaman, dan Pak Wahyupun dengan modal pinjaman 11 milliar dan tabungan pribadi senilai Rp 2 Milliar, beliau mulai mewujudkan impiannya. Tanah seluas 1.2 ha pun dibelinya di seberang PT. Tinja dan dibangun hotel. Maka Pak Wahyu sekarang memiliki hotel bintang 3 dengan 154 kamar tidur dan diberi namaHotel Satelitsingkatan dari Sari Tinja Elit. Nama itu sengaja dipilih karena banyak orang awalnya tidak percaya dan mengejek beliau. Sampai sekarang hotelnya tidak pernah sepi dari pengunjung.
Bagi Pak Wahyu Susilo, kotoran manusia yang menurut kita najis, menjijikan bau dan sebagainya adalah emas lembek yang bisa jadi emas beneran. Sikap tekun dan tak pernah merasa malu itupun terus dibawanya walau Pak Wahyu sekarang sudah sukses. Di usia yang tidak lagi muda, Pak Wahyu meneruskan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Kartini dan Sekolah Tinggi Administrasi.
Saya yakin keadaan kita sekarang jauh lebih baik dari keadaan PakWahyu pada saat memulai bisnisnya, masihkah kita gengsi, dan takut mengerjakan tugas-tugas kita saat ini. Kesuksesan bukan ditentukan dari keadaan kita saat ini, tetapi karena sikap kita. Gengsi bukanlah diukur dari apa yang kita kerjakan sekarang, tetapi setelah apa yang kita kerjakan itu menghasilkan sesuatu yang patut dibanggakan, saat itulah kita menjadi bergengsi.
Mengapakah kita sering lebih berfokus pada kompleksitas yang menghambat laju pertumbuhan kehidupan kita, daripada berfokus pada yang sederhana dan yang penting?
Saya mencoba menawarkan sebuah contoh sederhana, yaitu iklan sebuah handphone. Saya sering mengamati perkembangan teknologi yang terpampang di koran-koran melalui iklan handphone dengan beragam merek. Yang saya amati adalah, begitu banyak fitur yang ditawarkan.Tentu semakin lengkap, semakin banyak fitur yang dikandung sebuah handpone, semakin mahal pula nilainya.
Tatkala melihat fitur yang ditawarkan itu sebagai sebuah kelebihan atau keunggulan yang satu dari yang lainnyamaka, secara refleks terjadilah penilaian di dalam alam pikir kita, dengan rekayasa impian dan keinginan untuk memilikinya. Kita pada umumnya ingin yang lengkap, canggih, kompleks, unggul dari yang lain, eksklusif tatkala berada di antara sahabat Tentu tak semua orang berpikir seperti ini, tapi paling tidak saya sempat berpikir demikian.
Handphone tak lagi dipandang dari segi hakikatnya, yaitu SPEED. Kecepatan menyampaikan dan mendapatakan informasi sebagai bahan pengambilan keputusan Kecepatan yang mampu menembus ruang dan waktu
Yang terpampang di pikiran justru telah bergeser dari hakikat itu Yang menjadi pertimbangan justru kompleksitas atau kecanggihan yang dimiliki perangkat handphone tersebut. Kita ingin memilikinya sekaligus, semuanya. Dengan alasan, seolah-olah kita tak perlu lagi ke mana-mana, ke kantor, dan sebagainya. Cukup membawa handphone yang canggih itu, dan semuanya menjadi tertangani
Padahal, realitanya tidak demikian.
Setelah saya memiliki perangkat komunikasi canggih ini..Jangankan menggunakan seluruh fitur, mempelajarinya saja tak sepenuhnya saya lakukan.Yang paling rutin saya gunakan hanya dua fungsi: Menelepon, dan Mengirim SMS.
Nah, ini merupakan ilustrasi yang saya alami, menanggapi pertanyaan menggelitik dari seorang Bapak. Saya (kita..) sering terjebak di dalam kompleksitas yang memacetkan pikiran Terlalu banyak yang ingin saya selesaikan sekaligus Padahal, bahkan makan pun, kita harus melakukannya sesuap demi sesuap ke mulut kita.
Kita sering mengabaikan hakikat, tujuan utama melakukan sesuatu. Atau bahkan kita tidak memahami tujuan kita sendiri melakukan sesuatu. Kita tak pandai memilah mana yang bermakna mengagumi dan mana yang bermakna kebutuhanAkhirnya, kita banyak membuang waktu dan energi untuk mengatasi kerumitan yang kompleks. Dan lupa pada persoalan utama yang sebenarnya cukup sederhana dan amat mudah mencapainya, jika kita berfokus kepadanya.
Demikian sedikit perenungan saya, kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan Berpikir kompleks itu tidak buruk, tetapi Berpikir dan berbuat sederhana, tentu lebih mudah dan lebih mencapai hasil.
Semoga kita semua senantiasa mendapat kasih sayang Allah dan rosulnya, Amin
Orang yang banyak tersenyum memiliki daya tarik. Orang yang suka tersenyum membuat perasaan orang disekitarnya nyaman dan senang. Orang yang selalu merengut, cemburut, mengerutkan kening, dan menyeringai membuat orang-orang disekeliling tidak nyaman. Dipastikan orang yang banyak tersenyum memiliki banyak teman.
2. Senyum mengubah perasaan
Jika Anda sedang sedih, cobalah tersenyum. Senyuman akan membuat perasaan menjadi lebih baik. Menurut penelitian, senyum bisa memperdayai tubuh sehingga perasaan berubah..
3. Senyum menular
Ketika seseorang tersenyum, ia akan membuat suasana menjadi lebih riang. Orang disekitar Anda pasti akan ikut tersenyum dan merasa lebih bahagia
4. Senyum menghilangkan stres
Stres bisa terlihat di wajah. Senyuman bisa menghilangkan mimik lelah, bosan, dan sedih. Ketika anda stres,ambil waktu untuk tersenyum. Senyuman akan mengurangi stres dan membuat pikiran lebih jernih.
5. Senyum meningkatkan imunitas.
Senyum membuat sistem imun bekerja lebih baik. Fungsi imun tubuh bekerja maksimal saat seseorang merasa rileks. Menurut penelitian, flu dan batuk bisa hilang dengan senyum.
6. Senyum menurunkan tekanan darah
Tidak percaya? Coba Anda mencatat tekanan darah saat anda tidak tersenyum dan catat lagi tekanan darah saat anda tersenyum saat diperiksa. Tekanan darah saat Anda tersenyum pasti lebih rendah.
7. Senyum melepas endorphin, pemati rasa alamiah, dan serotonin
Senyum ibarat obat alami. Senyum bisa menghasilkan endorphin,pemati rasa alamiah, dan serotonin. Ketiganya adalah hormon yg bisa mengendalikan rasa sakit.
8. Senyum membuat awet muda
Senyuman menggerakkan banyak otot . Akibatnya otot wajah terlatih sehingga anda tidak perlu melakukan face lift. Dijamin dengan banyak tersenyum Anda akan terlihat lebih awet muda.
9. Senyum membuat Anda kelihatan sukses
Orang yg tersenyum terlihat lebih percaya diri,terkenal, dan bisa diandalkan. Pasang senyum saat rapat atau bertemu dengan klien.
Pasti kolega Anda akan melihat Anda lebih baik.
10. Senyum membuat orang berpikir positif.
Coba lakukan ini : pikirkan hal buruk sambil tersenyum. Pasti susah. Penyebabnya, ketika Anda tersenyum,tubuh mengirim sinyal "hidup adalah baik". Sehingga saat tersenyum, tubuh menerimanya sebagai anugerah
Tulisan ini disarikan dari "Ten Roadblocks to Happiness and How to Overcome Them". This is not a book to read. This is a philosophy to be lived. For if the principles are not applied, they will be powerless to help bring about change.
1. Let Go of Demand
Apa sih yang sebenarnya membuat Anda marah dan kecewa ?. Apakah seseorang yang memotong antrian di depan Anda ?. Pengemudi iseng yang memprovokasi Anda di jalanan ?. Komputer yang hanya untuk di-boot saja terasa begitu lama ?. Handphone yang harus berganti setiap bulan dua kali karena terus dicuri ?. Orang yang mengejek dan mempermainkan Anda ?. Hujan sepanjang hari ?. Tagihan bejibun yang membuat Anda marah sampai ke ubun-ubun ?.
Bukan, bukan itu semua. Apa yang membuat Anda marah dan kecewa adalah "tuntutan yang kekanak-kanakan" dan "ekspektasi yang tidak realistis". Saat Anda masih bayi, apa yang perlu Anda lakukan untuk mendapatkan sesuatu, hanyalah berteriak menangis sekencang-kencangnya. Dengan modal itu, Anda mendapatkan popok yang baru, susu ibu atau susu sapi, atau barang sepuluh lima belas kerokan pisang ambon untuk dinikmati.
Itulah ciri Anda saat masih helpless dulu. Waktu itu, perilaku demanding Anda masih bisa diterima. Tapi kini Anda telah dewasa. Anda bertanggung jawab pada hidup Anda, dan Anda tidak bisa lagi berharap bahwa dunia akan melayani Anda sebagaimana yang Anda mau. Jika Anda tetap melakukannya sekarang, itu namanya self-induced misery, alias penderitaan yang Anda buat sendiri. Berhentilah.
Apa yang perlu Anda lakukan sebenarnya cukup mudah. Anda hanya perlu mengganti demand dan ekspektasi, dengan preferensi. "Aku sih nggak nuntut suamiku bangun lebih pagi, tapi aku lebih prefer kalau dia memang bisa melakukannya. " Anda akan lebih mengerti, dan Anda akan menjadi orang yang penuh pengertian.
Buanglah pola pikir yang tidak rasional. "Saya tidak akan pernah berbahagia kecuali dunia melayani Saya seperti yang Saya mau". Itu tidak rasional. Apa yang bisa Anda kontrol hanyalah diri Anda sendiri.
Bersikaplah mau berbahagia. Disadari atau tidak, Anda mungkin tidak ingin berbahagia. Anda bisa melepaskan apapun dari diri Anda; uang, harta, waktu, energi, dan bahkan cinta, kecuali satu; penderitaan Anda. Bahagia haruslah dimulai dari kemauan Anda sendiri. Anda mau bahagia atau tidak ?. Secara sadar Anda jelas mau berbahagia. Tapi cobalah selami kembali alam bawah sadar Anda. Bisa jadi, Anda sendiri yang tidak mau berbahagia.
Saat Anda merasa marah, itu penderitaan yang tidak membahagiakan. Lepaskanlah penderitaan Anda, bukan lampiaskan. Bertanyalah pada diri sendiri, "Bener nih, mau nuker happy sama kemarahan ini ?". Perpanjanglah sumbu Anda supaya Anda bisa membuang penderitaan.
Berhentilah mengasihani diri sendiri. Anda tidak akan menjadi pahlawan hanya dengan menderita. Adalah lebih heroik jika Anda tetap riang gembira di tengah penderitaan.
Berhentilah membesar-besarkan. Tak perlu mem-blow-up permasalahan sampai keluar dari proporsinya. Itu akan melumpuhkan Anda. Belajarlah objektif dan jadikanlah itu sebagai motivasi untuk mengambil tindakan.
2. Let Go of Regret
Anda pasti pernah menyesali sesuatu tentu saja. Karena kita ini manusia kok. Itu, sebenarnya versi lain dari kata-kata : "Kita tidak sempurna". Tak perlu panik atau terobsesi oleh penyesalan. Jadikanlah ia kekuatan positif. Anggaplah itu sebagai wakeup call, sebuah tepukan yang membangunkan Anda dari tidur. Bukankah Anda macan ?.
Janganlah menunda tindakan dengan penyesalan. Bertindaklah segera dan Anda tidak akan menyesal lagi, sebab Anda telah melakukan sesuatu. Tutuplah rapat-rapat lebarnya jarak antara Anda yang ideal dan Anda yang sekarang. Nikmatilah Anda yang sekarang dan lakukan apa yang terbaik menurut Anda. Sebab jika Anda punya waktu untuk menyesal, maka Anda pasti punya waktu untuk melakukan sesuatu tentang itu.
3. Let Go of Greed
"Saya telah punya semua yang saya mau, dan Saya telah menjadi apa yang Saya ingin, kecuali..." Ya. Itulah Anda barangkali. Tidak SEMUA yang Anda mau akan Anda dapatkan. Pertama, sumber Anda terbatas. Kedua, nafsu Anda adalah sesuatu yang tidak akan pernah terpuaskan. Ia seperti air laut. Makin Anda minum, makin kering rasanya tenggorokan. Keinginan Anda tidak salah, melewati batasnyalah yang salah.
Sadarilah bahwa penyebab kerakusan adalah kesenangan. Bisa memiliki memang menyenangkan. Tapi kesenangan itu sendiri bisa menjadi candu. Kita sering lupa, bahwa kesenangan tidak selalu sama dengan kebahagiaan. Saat Anda menemukan bahwa kesenangan ternyata tidak sama dengan kebahagiaan, muncullah ketakutan dan kekhawatiran. Takut dan khawatir itu, akan memicu keinginan Anda lebih besar lagi.
Maka, Anda akan menemukan lingkaran yang abadi di sini : Karena keinginan Anda tidak pernah punya ujung, maka ketakutan Anda juga tak akan pernah punya muara. Berhentilah menjadi manusia yang terpenjara !.
Iya. Tapi bagaimana ?. Fokus dan terapkanlah prioritas. Mulailah dahulu dengan BEING. Soal HAVING, ya belakangan sajalah. Dan untuk BEING, Anda harus DOING. Just DO your best.
4. Let Go of Worry
Anda tahu kenapa lagu "Don't Worry - Be Happy" begitu ngetop ?. Karena itulah panggilan jiwa Anda. Pahamilah perbedaan antara "menderita" dan "khawatir". Menderita adalah pesan tentang masalah, sementara khawatir adalah pesan tentang adanya peluang untuk tumbuh dan berkembang. Jadi waspadalah. Apakah Anda memang menderita, atau sebenarnya Anda hanya khawatir saja ?.
Jika Anda hanya khawatir, ketahuilah bahwa sumbernya adalah ketakutan. Anda takut terhadap sesuatu yang masih gelap, blank, dan tidak tahu apa-apa tentangnya. Atau, Anda takut menghadapi tantangan. Ketahuilah bahwa setiap detik dan setiap saat, Anda adalah benih. Benih yang mestinya bisa tumbuh menjadi besar dan hebat. Worry can't change the past, but it can ruin the present. Berpengetahuanlah, dan bertindaklah menyambut tantangan. Seperti seekor macan.
5. Let Go of Defensiveness
Salah itu normal, termasuk jika itu melukai orang lain. Bukan nyuruh nih, tapi kita semua memang pernah berbuat salah. Anda tahu kan kenapa pensil, whiteboard, dan papan tulis itu ada penghapusnya ?. Karena Anda adalah manusia. Jika Anda salah apa yang Anda katakan ?. "Aduhhh.. maaf nih. Maaf, namanya juga manusia".
Lantas, apa yang Anda katakan jika orang lain yang salah ?. "Dasar Bodoh !", "Stupid !", "Bloon". Saat Anda salah, Anda adalah manusia. Saat orang lain salah, mereka bukan manusia. Ini tidak rasional. Maka, maafkankanlah mereka.
6. Let Go of Guilt
Guilt adalah rasa tidak nyaman saat Anda mengalami perlawanan menentang kesadaran Anda sendiri. Guilt itu sendiri tidak terlalu berbahaya. Apa yang lebih berbahaya adalah ketiadaan solusinya. Feeling guilty itu bagus. Itu sinyal lampu merah yang memperingatkan Anda agar stay on course. Maka saat Anda feeling guilty, dengarkanlah isi hati Anda. Manakah yang Anda pilih, short-term pleasure atau long-term gain ?.
Rasa bersalah yang tidak menemukan solusi, akan membuat Anda mengalami ini :
Pikiran yang tidak damai.
Rasa tidak percaya dan takut pada orang lain, atau bahkan kepada Allah SWT.
Sesuai angka ini, Anda akan menderita tiga kali. Pertama, saat Anda bertindak tidak bertanggung jawab. Kedua, saat Anda melihat orang lain bertindak dengan penuh tanggung jawab. Ketiga, saat Anda harus menanggung konsekuensinya.
Berikut inilah yang perlu Anda lakukan saat Anda merasa tidak bertanggung jawab. Ingatlah bahwa responsibility, adalah singkatan dari "response-ability" . Kemampuan untuk merespon dengan tepat. Bagaimana caranya agar bisa merespon dengan tepat ?. Anda bisa menggunakan rumus AAA.
1. Admit. Akui bahwa pilihan tindakan Anda adalah salah.
2. Analyze. Analisis perilaku Anda. Apa alasan Anda memilih yang salah ?. Apa konsekuensinya?. Bagaimana tidak mengulanginya ?. Bagaimana meluruskan pilihan yang sekarang ?.
3. Atonement, alias integritas. Integritas adalah menyatunya hati, jiwa, sasaran, tindakan, dan keimanan. Saat semuanya menyatu, Anda memasuki tahap atonement, alias at-one-ment.
Dengan AAA, Anda bisa memperbaiki keadaan.
7. Let Go of Spite
Anda, pasti pernah diprovokasi. Oleh pengemudi lain di jalanan, atau oleh orang lain yang mengejek dan melecehkan. Anda pasti pernah merasa diserang. Di kantor, di rumah, di lapangan sepak bola, di kantin, di mana saja. Tidak ada perlunya Anda melayani yang begituan. Sebab, dunia Anda bisa rusak seharian. Mengalah sajalah, kecuali jika undang-undang dasar Anda yang terlanggar atau terinjak-injak.
Kita cenderung lupa bahwa kita lebih sering menggunakan hati untuk merasakan, ketimbang otak untuk berpikir. Ini sepertinya benar dan wajar. Tapi berhati-hatilah karena itu tidak logis dan tak rasional. Itu emosional. Jika Anda merasa perlu melayani serangan, provokasi, dan ejekan orang lain, maka itu tentu ada sebabnya.
Pertama, rasa keadilan Anda yang terusik. Saat Anda merasa diserang, Anda merasa perlu membalasnya. Tapi, jika serangan itu dilakukan karena tidak sengaja, tidak dimaksudkan untuk menyerang, kesalahpahaman, atau hanya karena mereka bodoh saja, keadilan macam apa sih yang Anda inginkan ?.
Kedua, logika Anda yang terdistorsi. Anda berasumsi bahwa jika mereka mengalami sakit seperti yang Anda rasakan, maka mereka akan meminta maaf. Tidak. Jikapun mereka akhirnya meminta maaf, itu bukan karena sakit yang Anda buat dengan serangan balasan, tapi karena pikiran dan hati mereka yang sudah lurus kembali. Saling menyakiti tidak akan menyelesaikan masalah. Ia bahkan memperuncingnya.
Ketiga, secara sadar atau tidak Anda mencoba menghindari tanggung jawab untuk membahagiakan diri sendiri. Sebab jika Anda memang mau bertanggungjawab untuk kebahagiaan Anda sendiri, Anda pasti tidak akan melarikan diri. Jika begitu, bagaimana caranya memunculkan rasa tanggung jawab untuk kebahagiaan diri sendiri ? Awareness-lah jawabannya.
Ketahuilah bahwa rasa sakit yang Anda derita adalah bukan karena serangan mereka, tapi karena reaksi Anda atas perilaku mereka. Mengapa mereka begitu jahat dan kejam kepada Anda ?. Karena mereka sedang sakit, dan mereka merasa terancam oleh Anda.
Responlah sikap buruk orang lain dengan kebaikan, maka Anda akan mulia dan terhormat. Cobalah selalu untuk bersikap rendah hati tapi bukan rendah diri. Ketahuilah bahwa sabar itu tidak pasif. Ia tidak datang dengan sendirinya, dan seketika Anda menjadi sabar. Sabar itu kata kerja dan bukan kata sifat. Maka sabar, adalah disabar-sabarin.
8. Let Go of Envy
Anda juga mungkin pernah merasa kalah. Waspadalah. Salah-salah, kekalahan bisa membuat Anda menjadi orang yang envious, yaitu orang yang penuh dengki dan tidak bisa menerima kekalahan. Tidak senang jika orang lain senang, dan senang jika orang lain tidak senang. Sikap envious, bisa berkembang dalam tiga tahap.
Pertama, saat Anda merasakan kekalahan. Di tingkat ini, perasaan kalah itu sebenarnya wajar. Apalagi jika Anda bisa memberi selamat kepada pemenang, dan kemudian menjadikan kekalahan sebagai pelajaran. Jika tidak bisa, maka di sinilah bibit envious Anda akan mulai tersemai.
Kedua, saat Anda mulai mengembangkan perilaku mensabotase orang lain. Mulainya dari yang kecil-kecil saja, seperti menciptakan isu dan gosip buruk, atau berharap dan "berdoa" untuk kemalangan dan kecelakaan bagi orang lain. Anda mungkin mengira ini tidak berbahaya. Salah. Itu sangat berbahaya. Mengapa ?, Karena harapan buruk seperti itu adalah karatnya jiwa, persis seperti karatnya besi. Merusak, melubangi, merontokkan, dan menggerogoti semua amal baik. Lebih dari itu, dari mana sih datangnya semua tindak kejahatan ?. Ya dari doa, harapan, fitnah, dan pikiran negatif yang melenceng seperti itu !.
Ketiga, seperti sudah disebut barusan, semuanya akan termanifestasi menjadi tindak kejahatan. Anda akan menjadi orang yang dengki, dengan sikap dan tindakan yang keji. Anda telah menghancurkan diri sendiri.
Jika Anda mulai mengalami gejala penyakit ini, resepnya sederhana. Bertemanlah dengan mereka yang menang. Kemudian, ubahlah cara berpikir Anda. Gantilah "Saya ingin seperti begitu," menjadi "Bagaimana supaya Saya bisa seperti itu".
9. Let Go of Anger
ANGER itu cuma satu huruf lebih pendek dari DANGER. Dan "D", adalah nilai minusnya. Alasan yang bagus bagi Anda supaya tidak marah, adalah memahami bahwa kemarahan akan menyebarluaskan kelemahan. Saat Anda marah, Anda sebenarnya berkata, "Saya takut! Saya Terluka! Saya frustrasi!" Itu, adalah kata lain dari "Saya lemah".
Sadarilah bahwa orang, barang, atau situasi, akan cenderung membuat Anda selalu marah. Sudah dari sananya begitu. Anda tidak bisa dengan mudah mengontrol sesuatu di luar diri Anda. Dan jika Anda marah, kemarahan Anda tidak akan membuat dunia berjalan sesuai kemauan Anda. Andalah yang harus menyesuaikan diri dengannya. Sadarilah bahwa jika Anda menghadapi orang yang marah, they're not being mean; they're just being people. Like you. Dan seperti biasa, marah itu muncul disebabkan oleh fear. Rasa takut akan kehilangan kontrol.
Keinginan untuk mengontrol adalah benar. Tapi, ingin mengontrol orang lain itu salah. Yang benar, ingin memberi contoh teladan kepada orang lain. Mengontrol dengan kekuasaan ?, salah juga. Apa yang perlu dikontrol hanyalah diri sendiri. Sekali lagi, maafkanlah mereka yang marah. Tidak ada yang salah saat seorang manusia bersikap dan bertindak sebagai manusia.
Anda sendiri, kurangilah marah Anda sebab Anda sendirilah yang akan merugi. Saat Anda marah, apa yang telah keluar sebenarnya tidak perlu keluar dan apa yang terlanjur sebenarnya tidak perlu terlanjur.
10. Let Go of Fear
Saat Anda menghadapi ketakutan, Anda berada di tengah-tengah persimpangan jalan. Satu cabang menuju kepada kepengecutan, dan satu lagi menuju kepada keberanian. Yang satu menuju harapan dan impian, yang satu lagi menuju kekecewaan dan kesedihan. Anda tidak bisa mundur atau tetap diam, melainkan tetap maju dan memilih salah satu cabang. Dengan diam atau mundur, Anda tidak akan tumbuh dan berubah. Malah, Anda menuju ke kepunahan dan kematian.
Manage-lah ketakutan Anda, sebab ketakutan adalah False Evidence Appearing Real. Asli tapi sebenarnya palsu. Jadi, tak usahlah Anda bersedih lagi. Bersenang-senang sajalah. Sibuklah. Lakukan yang terbaik. Tak perlu takut dan tak usah khawatir. Lakukanlah segalanya dengan semangat dan keberanian. Itu lebih baik buat Anda. Bukannya tadi sudah Saya bilang, kalau Anda itu macan ?.
Silahkan lihat slide presentasi untuk topik yang sama!!
Seorang bos perusahaan besar suatu ketika mengunjungi kantor-kantor perusahaannya di seantero negeri. Mengingat waktu yang sangat terbatas, maka berbagai pertemuan telah disiapkan dengan jadwal sangat ketat. Jadwal super ketat tersebut mengakibatkan tak ada waktu luang sama sekali. Bahkan, waktu makan siang pun akan dilewatkan dengan suatu pertemuan terakhir sebelum si bos meninggalkan kota itu menuju kota yang lain. Makan siang itu dihadiri para direktur dan manajer perusahaan. Maka tanpa menyia-nyiakan waktu sedikit pun, si bos memulai presentasinya. Yang menarik, selama ia berbicara, para hadirin justru sibuk menyantap makanan. Begitulah yang terjadi selama setengah jam pertama.
Berikutnya adalah acara tanya-jawab. Selain untuk memberi kesempatan kepada hadirin mengungkapkan pikiran-pikiran mereka, acara ini sebenarnya juga untuk memberikan kesempatan pada si bos untuk menikmati makan siangnya. Sayangnya, pertanyaan-pertanyaan hadirin sangat singkat. Justru jawabannya yang sangat panjang. Ini membuat si bos menunda lagi makan siangnya sampai pertemuan berakhir. Lantas, dapatkah ia menikmati makan siangnya setelah itu Ternyata tidak. Ia harus buru-buru menuju bandara untuk menghadiri pertemuan berikutnya di kota lain.
Para pembaca, apa komentar Anda terhadap si bos tadiSekarang mana yang Anda pilih, menjadi bos yang berkuasa, kaya dan terhormat seperti contoh di atas ataukah sekadar bisa menikmati makan siang yang lezat
Inilah perbedaan antara memiliki dan menikmati. Banyak orang salah kaprah dan beranggapan bahwa memiliki itu jauh lebih penting. Karenanya, mereka berusaha mendapatkan harta lebih banyak dan lebih banyak lagi. Padahal, harta yang banyak itu membuat mereka senantiasa diliputi rasa takut. Akibatnya, mereka tak bisa lagi menikmati hidup yang aman, damai dan sejahtera.
Banyak orang yang memiliki, tapi tak sempat menikmati. Sebaliknya, banyak juga orang yang tak memiliki tapi bisa menikmati. Cobalah lihat vila-vila yang kini menjamur di kawasan Puncak. Siapakah yang memiliki vila tersebut Namun, siapakah sebenarnya yang selalu menikmatinya
Ada juga cerita mengenai seorang pengacara terkenal yang suatu ketika mengunjungi pameran mebel. Ia tertarik dengan meja makan berharga ratusan juta dan tanpa pikir panjang langsung membelinya. Yang menarik, setelah meja tersebut dikirim ke rumahnya, ia menjadi kebingungan. Perabot di rumahnya sudah sangat banyak dan tak ada lagi tempat tersisa. Inilah contoh dari memiliki tetapi tidak menikmati.
Kunci kebahagiaan kita sebenarnya tidak terletak pada apa yang kita miliki, tetapi pada apa yang kita nikmati. Bahkan, orang yang kaya dalam arti yang sesungguhnya bukanlah orang yang memiliki banyak hal, tetapi orang yang dapat menikmati apa pun yang ia miliki.
Ada beberapa hal lagi yang menarik dari kedua paradigma ini. Pertama, orang yang menganut paradigma memiliki senantiasa memfokuskan perhatiannya pada hal-hal yang belum ia miliki. Dengan demikian, sebanyak apa pun harta yang ia miliki, selalu saja ada kesenjangan (gap) yang cukup besar dengan apa yang ia inginkan. Kesenjangan ini tentu saja menciptakan perasaan serba kurang dan tidak puas. Orang seperti ini tak pernah mengenal kata cukup. Ia selalu menginginkan lebih banyak lagi dan cenderung serakah terhadap kehidupan.
Sebaliknya, orang yang menganut paradigma menikmati senantiasa memfokuskan perhatiannya pada apa yang telah ia miliki. Semakin ia memikirkan apa yang sudah ia miliki, semakin mudahlah ia menikmatinya. Pada gilirannya ini akan melahirkan perasaan aman, tenteram dan damai. Dan ajaibnya, semakin ia menikmati apa-apa yang telah ia miliki, semakin bertambah pula kenikmatan yang diperolehnya.
Kedua, tanpa adanya kemampuan menikmati, maka betapapun banyaknya harta yang Anda miliki tak akan pernah membuat Anda puas dan bahagia. Ini seperti pengalaman yang mungkin pernah terjadi sewaktu Anda masih kecil. Ketika Anda sakit, orang tua Anda malah menghibur Anda dengan berbagai makanan yang lezat. Padahal, Anda sedang kehilangan kemampuan menikmati. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak juga orang yang memiliki kekayaan yang luar biasa, tetapi ironisnya untuk bisa makan saja sulitnya bukan main. Ada orang yang harus melakukan berbagai diet yang ketat. Ada juga orang yang makannya saja harus ditakar.
Ketiga, saya belajar bahwa semakin banyak yang kita miliki, semakin berkuranglah kenikmatan yang kita dapatkan. Kalau Anda memiliki satu mobil, Anda akan benar-benar merawat, menjaga dan menikmatinya. Namun, begitu mobil Anda bertambah menjadi dua, perhatian Anda terpecah, dan karena itu kenikmatan yang semula Anda dapatkan dari satu mobil mulai berkurang.
Dalam hal makanan, saya pun menemukan hal yang sama. Semakin banyak yang kita makan, semakin berkuranglah kenikmatan yang akan kita dapatkan. Karena itu, sementara dulu saya selalu makan sampai benar-benar merasa kenyang, sekarang saya justru berhenti sebelum kenyang. Justru hal inilah yang akan melahirkan perasaan nikmat yang luar biasa.
Agar bisa menikmati hidup, kita perlu benar-benar membuka mata kita untuk bisa melihat semua rahmat Tuhan yang telah kita miliki. Kalau Anda memiliki anak, Anda perlu membuka diri sehingga Anda benar-benar dapat merasakan nikmatnya memiliki anak. Kalau orang tua Anda masih hidup, Anda perlu benar-benar merasakan nikmatnya memiliki orang tua. Kalau Anda memiliki pekerjaan, Anda perlu juga merasakan nikmatnya memiliki pekerjaan. Menikmati hanya akan muncul bila kita mampu memasuki masa sekarang dan menjalani prosesnya setahap demi setahap. Dengan demikian, kenikmatan itu akan bertambah besar. Dan lebih jauh lagi, hidup kita senantiasa diliputi perasaan syukur.
Amati gambar di halaman berikut : Apakah polanya bergerak…? Atau tidak bergerak..? Pola pola berikut digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana sesorang dapat menahan stress. Semakin lambat gerakan pola, semakin baik kemampuan anda menahan stress
Sewaktu test ini dilakukan pada pelanggar hukum, mereka mengatakan bahwa pola yang diperhatikan bergerak sangat cepat. Tapi saat ditest pada orang tua dan anak – anak, mereka bilang pola tersebut tidak bergerak sama sekali
Tidak satupun pola – pola berikut dibuat bergerak, pola - pola tersebut benar benar diam
Nah… bagaimana dengan anda….? Silahkan coba sendiri……!
Suatu hari, Ada seorang pemuda sedang berlibur ke rumah neneknya di desa. Saat tiba di sana, setelah melepas rindu dan beristirahat sejenak, neneknya menghidangkan sepiring irisan buah mangga yang menggiurkan warna dan aromanya.
"Wah, mangganya harum dan manis sekali nek, sedang musim ya. Saya sudah lama sekali tidak menjenguk nenek, sehingga tidak tahu kalau nenek menanam pohon mangga yang berbuah lebat dan seenak ini rasanya" ujar si pemuda sambil terus melahap mangga itu. Dengan tersenyum nenek menjawab, "makanya, sering-sering lah menjenguk nenek, nenek rindu cucu nenek yang nakal dulu. Pohon mangga itu sebenarnya bukan nenek yang menanam. Kamu mungkin lupa, waktu kecil dulu, setelah menyantap buah mangga, kamulah yang bermain melempar-lempar biji mangga yang telah kamu makan. Nah, ini hasil kenakalanmu itu, telah bertumbuh menjadi pohon mangga dan sekarang sedang kau nikmati buahnya"
"Sungguh nek? Buah mangga ini hasil kenakalan waktu kecilku dulu yang tidak disengaja? Wah, hebat sekali. Aku tidak merasa pernah menanam, tetapi hasilnya tetap bisa aku nikmati setelah sekian tahun kemudian, benar-benar sulit dipercaya" si pemuda tertawa gembira sambil menyantap dengan nikmat mangga dihadapannya.
Nenek melanjutkan berkata, "Cucuku, walaupun engkau tidak sengaja melempar biji mangga di halaman itu, tetapi bila tanah lahannya subur dan terpelihara, dia tetap akan bertumbuh. Dan sesuai hukum alam, saat musim buah tiba, dia pasti akan berbuah. Sedangkan rasa buahnya manis atau tidak adalah sesuai dengan bibit yang kita tanam".
Malam hari, si pemuda merenungkan percakapan dengan neneknya. Karena merasa penasaran, diambilnya biji buah mangga sisa di meja dan dibelahnya menjadi 2, dia ingin tahu sebenarnya apa yang ada di dalam biji buah mangga itu sehingga bisa menghasilkan rasa manis yang membedakan dengan biji buah mangga yang lain. Ternyata dia tidak menemukan perbedaan apapun. Melihat tingkah si cucu sang nenek menyela "Cucuku, semua biji buah, tampaknya dari luar sama semua. Tetapi sesungguhnya, unsur yang ada di setiap biji buah itu berbeda, perbedaan itulah yang akan menghasilkan rasa, aroma dan warna setiap pohon mangga berbeda pula. Semuanya tergantung inti buahnya. Cucuku, Demikian pula dengan manusia, tampak luar, setiap manusia adalah sama tetapi yang menentukan dia bisa berhasil atau tidak adalah kualitas unsur-unsur yang ada di dalamnya. Nah, ternyata alam mengajarkan banyak kepada kita. Bila ingin hasil yang baik, harus memiliki unsur kualitas yang baik pula, apakah kamu mengerti?". "Terima kasih nek, saya sungguh bersyukur memutuskan datang kesini, semua ucapan nenek akan saya jadikan bekal untuk lebih giat belajar dan membenahi diri agar hidup saya lebih berkualitas" . Ucapnya sambil memeluk tubuh rapuh sang nenek. Pembaca yang luar biasa… Hukum alam pada kisah nenek dan cucuknya tadi mengajarkan pada kita 2 hal.
Apa yang telah kita tabur, entah disengaja atau tidak, diingat atau dilupakan, entah kapanpun juga. Hukum alam mengajarkan, apa yang kita tanam kita pasti akan menuai hasilnya.
Bahwa manusia mempunyai kemiripan dengan inti biji buah mangga, tampak luar sama, tetapi kualitas unsur yang ada di dalam inti buahnya yang membedakan rasa, aroma dan warna si buah mangga. Demikian juga dengan manusia, Kualitas mental yang didalamlah yang membedakan dan menentukan keberhasilan manusia di masa depan.
Mari kita perbaiki sikap, perhalus budi pekerti, jaga kebersihan hati dan selalu menggali potensi diri agar kesuksesan sejati bisa kita nikmati suatu hari nanti. Sumber: Bibit Mangga oleh Andrie Wongso
Kalau pandangan mata Anda mengikuti gerakan putaran bulatan warna PINK, maka hanya akan terlihat bulatan satu warna yaituPINK.
Tapi kalau pandangan mata Anda terpusat ke tanda "+" hitam di tengah, maka bulatan yang berputar akan berubah warnanya menjadi HIJAU.
Kemudian jika pandangan mata Anda konsentrasi penuh ke tanda "+" hitam di tengah-tengah gambar, maka perlahan-lahan bulatan warna PINK akan menghilang, dan hanya akan terlihat satu saja bulatan yang berputar yaitu warna HIJAU.
Sangat mengagumkan cara otak kita bekerja. Sebenarnya tidak ada bulatan warna hijau, dan bulatan warna pink juga tidak menghilang.
Rasanya cukup membuktikan bahwa kita tidak selalu melihat apa yang kita pikir, dengan kata lain kita melihat sesuatu "bukan apa adanya" tapi "sebagaimana kita melihatnya" . Kadang kita menghadapi suatu masalah merasa "sangat sulit" atau "sangat berat" (baik di tempat kerja, di keluarga, di lingkungan masyarakat maupun masalah pribadi diri sendiri), bahkan kadang terlintas pertanyaan di benak kita, kenapa demikian berat beban masalah/cobaan yang kita terima ? (padahal kalau kita menerima anugrah/hadiah/ kenikmatan yang demikian besar, kita tidak pernah mempertanyakan nya, kenapa kok saya yang menerima). Dan kadang kita lupa dengan doa : berilah beban yang aku sanggup memikul nya....
Berat/ringan, kecil/besar, masalah/bukan masalah, sedih/gembira, hukuman/pahala, derita/bahagia. ..dst.....hanyalah "cara pandang" kita terhadap sesuatu ? Suatu peristiwa/kejadian yang sama, namun jika melihatnya dengan sudut pandang yang berbeda serta me-makna-inya dengan berbeda kemudian menyikapinya dengan cara yang berbeda pula, maka hasil-nya juga akan berbeda. Semua hanya ada di benak kita sendiri ! Karena otak kita lah yang membuatnya berbeda ! Jika suatu peristiwa yang negatif namun kalau kita memandang/memaknai nya sebagai hal yang positif dan kita menyikapi dengan cara yang positif maka hasilnya pun akan positif pula. Dan begitu sebaliknya .....
Artikel Dr Stephen Carr Leon patut menjadi renungan bersama. Stephen menulis dari pengamatan langsung. Setelah berada 3 tahun di Israel karena menjalani housemanship di beberapa rumah sakit di sana. Dirinya melihat ada beberapa hal yang menarik yang dapat ditarik sebagai bahan tesisnya, yaitu, "Mengapa Yahudi Pintar?"
Ketika tahun kedua, akhir bulan Desember 1980, Stephen sedang menghitung hari untuk pulang ke California, terlintas di benaknya, apa sebabnya Yahudi begitu pintar? Kenapa tuhan memberi kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu kebetulan? Atau hasil usaha sendiri?
Maka Stephen tergerak membuat tesis untuk Phd-nya. Sekadar untuk Anda ketahui, tesis ini memakan waktu hampir delapan tahun. Karena harus mengumpulkan data-data yang setepat mungkin.
Marilah kita mulai dengan persiapan awal melahirkan. Di Israel, setelah mengetahui sang ibu sedang mengandung, sang ibu akan sering menyanyi dan bermain piano. Si ibu dan bapak akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal bersama suami.
Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering membawa buku matematika dan bertanya beberapa soal yang tak dapat diselesaikan. Kebetulan Stephen suka matematika.
Stephen bertanya, "Apakah ini untuk anak kamu?"
Dia menjawab, "Iya, ini untuk anak saya yang masih di kandungan, saya sedang melatih otaknya, semoga ia menjadi jenius."
Hal ini membuat Stephen tertarik untuk mengikut terus perkembangannya.
Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu mengerjakan latihan matematika sampai genap melahirkan.
Hal lain yang Stephen perhatikan adalah cara makan. Sejak awal mengandung dia suka sekali memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang-kacangan.
Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak dan kepala ikan mengandungi kimia yang tidak baik yang dapat merusak perkembangan dan penumbuhan otak anak didalam kandungan. Ini adalah adat orang orang Yahudi ketika mengandung. menjadi semacam kewajiban untuk ibu yang sedang mengandung mengonsumsi pil minyak ikan.
Ketika diundang untuk makan malam bersama orang orang Yahudi. Begitu Stephen menceritakan, "Perhatian utama saya adalah menu mereka. Pada setiap undangan yang sama saya perhatikan, mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau fillet),"ungkapnya.
Biasanya kalau sudah ada ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada bersama di satu meja. Menurut keluarga Yahudi, campuran daging dan ikan tak bagus dimakan bersama. Salad dan kacang, harus, terutama kacang badam.
Uniknya, mereka akan makan buah buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan terperanjat jika Anda diundang ke rumah Yahudi Anda akan dihidangkan buah buahan dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan kabohidrat (nasi atau roti) dahulu kemudian buah buahan, ini akan menyebabkan kita merasa ngantuk.
Akibatnya lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah.
Di Israel, merokok adalah tabu, apabila Anda diundang makan dirumah Yahudi, jangan sekali kali merokok. Tanpa sungkan mereka akan menyuruh Anda keluar dari rumah mereka. Menyuruh Anda merokok di luar rumah mereka.
Menurut ilmuwan di Universitas Israel, penelitian menunjukkan nikotin dapat merusakkan sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak ( bodoh). Suatu penemuan yang dari saintis gen dan DNA Israel.
Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi anak-anak Yahudi. Mereka sangat memperhatikan makanan, makanan awal adalah buah buahan bersama kacang badam, diikuti dengan menelan pil minyak ikan (code oil lever).
Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh cerdas. Rata rata mereka memahami tiga bahasa, Hebrew, Arab dan Inggris. Sejak kecil mereka telah dilatih bermain piano dan biola. Ini adalah suatu kewajiban.
Menurut mereka bermain musik dan memahami not dapat meningkatkan IQ. Sudah tentu bakal menjadikan anak pintar.
Ini menurut saintis Yahudi, hentakan musik dapat merangsang otak.
Tak heran banyak pakar musik dari kaum Yahudi.
Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak anak Yahudi akan diajar matematika berbasis perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Di dalam pengamatan Stephen, "Perbandingan dengan anak anak di California, dalam tingkat IQ-nya bisa saya katakan 6 tahun kebelakang!! !" katanya.
Segala pelajaran akan dengan mudah di tangkap oleh anak Yahudi. Selain dari pelajaran tadi olahraga juga menjadi kewajiban bagi mereka. Olahraga yang diutamakan adalah memanah, menembak dan berlari.
Menurut teman Yahudi-nya Stephen, memanah dan menembak dapat melatih otak fokus. Disamping itu menembak bagian dari persiapan untuk membela negara.
Selanjutnya perhatian Stephen ke sekolah tinggi (menengah). Di sini murid-murid digojlok dengan pelajaran sains. Mereka didorong untuk menciptakan produk. Meski proyek mereka kadangkala kelihatannya lucu dan memboroskan, tetap diteliti dengan serius.
Apa lagi kalau yang diteliti itu berupa senjata, medis dan teknik. Ide itu akan dibawa ke jenjang lebih tinggi.
Satu lagi yg di beri keutamaan ialah fakultas ekonomi. Saya sungguh terperanjat melihat mereka begitu agresif dan seriusnya mereka belajar ekonomi. Diakhir tahun diuniversitas, mahasiswa diharuskan mengerjakan proyek. Mereka harus memperaktekkanya.
Anda hanya akan lulus jika team Anda (10 pelajar setiap kumpulan) dapat keuntungan sebanyak $US 1 juta!
Anda terperanjat?
Itulah kenyataannya.
Kesimpulan, pada teori Stephen adalah, melahirkan anak dan keturunan yang cerdas adalah keharusan. Tentunya bukan perkara yang bisa diselesaikan semalaman. Perlu proses, melewati beberapa generasi mungkin?
Kabar lain tentang bagaimana pendidikan anak adalah dari saudara kita di Palestina. Mengapa Israel mengincar anak-anak Palestina. Terjawab sudah mengapa agresi militer Israel yang biadab dari 27 Desember 2008 kemarin memfokuskan diri pada pembantaian anak-anak Palestina di Jalur Gaza.
Seperti yang kita ketahui, setelah lewat tiga minggu, jumlah korban tewas akibat holocaust itu sudah mencapai lebih dari 1300 orang lebih. Hampir setengah darinya adalah anak-anak.
Selain karena memang tabiat Yahudi yang tidak punya nurani, target anak-anak bukanlah kebetulan belaka. Sebulan lalu, sesuai Ramadhan 1429 Hijriah, Ismali Haniya, pemimpin Hamas, melantik sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz al-Quran.
Anak-anak yang sudah hafal 30 juz Alquran ini menjadi sumber ketakutan Zionis Yahudi. "Jika dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai Alquran, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?" demikian pemikiran yang berkembang di pikiran orang-orang Yahudi.
Tidak heran jika-anak Palestina menjadi para penghafal Alquran. Kondisi Gaza yang diblokade dari segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens berinteraksi dengan al-Qur'an. Tak ada main Play Station atau game bagi mereka.
Namun kondisi itu memacu mereka untuk menjadi para penghafal yang masih begitu belia. Kini, karena ketakutan sang penjajah, sekitar 500 bocah penghafal Quran itu telah syahid.
Perang panjang dengan Yahudi akan berlanjut entah sampai berapa generasi lagi. Ini cuma masalah giliran. Sekarang Palestina dan besok bisa jadi Indonesia. Bagaimana perbandingan perhatian pemerintah Indonesia dalam membina generasi penerus dibanding dengan negara tetangganya.
Ambil contoh tetangga kita yang terdekat adalah Singapura. Contoh yang penulis ambil sederhana saja, Rokok. Singapura selain menerapkan aturan yang ketat tentang rokok, juga harganya sangat mahal.
Benarkah merokok dapat melahirkan generasi "Goblok!" kata Goblok bukan dari penulis, tapi kata itu sendiri dari Stephen Carr Leon sendiri. Dia sudah menemui beberapa bukti menyokong teori ini.
"Lihat saja Indonesia," katanya seperti dalam tulisan itu.
Jika Anda ke Jakarta, di mana saja Anda berada, dari restoran, teater, kebun bunga hingga ke musium, hidung Anda akan segera mencium bau asak rokok! Berapa harga rokok? Cuma US$ .70cts !!!
"Hasilnya? Dengan penduduknya berjumlah jutaan orang berapa banyak universitas? Hasil apakah yang dapat dibanggakan? Teknologi? Jauh sekali. Adakah mereka dapat berbahasa selain dari bahasa mereka sendiri? Mengapa mereka begitu sukar sekali menguasai bahasa Inggris? Ditangga berapakah kedudukan mereka di pertandingan matematika sedunia?
Apakah ini bukan akibat merokok? Anda fikirlah sendiri?"
Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar.
Khalifah ‘Umar
Surat Suara Tanpa Angka
-
*Surat Suara Tanpa Angka *
Setelah empat tahun absen, saya kembali ke rumah tua ini, *blog* yang
tadinya sudah ingin saya pensiunkan demi pindah ke alam...
Hasil Kerja Keras My Team in dbcN
-
*Alhamdulillah, sudah 4 Manager lahir di Pipien's Core team...All hard work
will be rewarded...I'm so proud of you, my dearest team: Peny Tri Wahyuni,
Puji...