Syukur

25 Maret 2009


Puspa sangat senang ketika mengikuti acara ulang tahun perusahaan. Sebetulnya bukan hanya Puspa, semua orang juga senang. Salah satu acaranya adalah pembagian door prize. Door prize ini sangat menarik karena jumlahnya banyak. Semua orang pasti dapat. Dari handphone (HP), walkman, DVD player, hingga selimut, gelas, panci, jaket dan berbagai jenis barang lainnya.
Puspa sudah mengincar HP karena HP-nya sudah sering mati, sudah saatnya beli baru. Apalagi HP yang dijadikan door prize ada tiga unit. Berarti kesempatan makin besar kan?

Cara pembagian door prize berbagai macam, ada yang diundi, ada yang diberikan bagi yang bisa menjawab pertanyaan, dan sebagainya. Dua HP telah dibagikan secara diundi. Puspa masih mengharap untuk mendapatkan HP ketiga. Saat itu dikatakan bahwa HP ketiga akan diberikan kepada yang rumahnya paling jauh dari kantor. Puspa sangat gembira, rumahnya di Tangerang. Segera dia mengacungkan tangannya.

Pada saat bersamaan ada dua orang lain yang mengacungkan tangan. Yang satu tinggal di Ciputat, Jakarta Selatan, dan yang kedua tinggal di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Pembawa acara menanyakan kepada para hadirin untuk menentukan mana yang rumahnya paling jauh. Beberapa orang memilih Puspa yang rumahnya paling jauh karena tinggal di Tangerang. Hampir semua orang setuju, Puspa sudah senang sekali.

Tapi tiba-tiba ada yang mengatakan bahwa sebenarnya yang di Tanjung Priok lebih jauh jaraknya. Tangerang memang bisa dikatakan luar Jakarta, tapi dari segi jarak, masih lebih jauh yang di Tanjung Priok. Hadirin lain ada yang setuju dan ada yang tidak setuju. Tapi karena lebih banyak yang setuju, akhirnya orang yang rumahnya di Tanjung Priok terpilih sebagai pemenang yang berhak mendapatkan HP.

Semua orang menganggap hal tersebut sebagai permainan saja. Tapi bagi Puspa, kejadian itu sangat mengecewakannya. Dia sangat kecewa dengan keputusan tersebut. Akhirnya Puspa mendapat sebuah selimut tebal. Puspa sangat kecewa.

Beberapa waktu kemudian, terjadilah hujan lebat selama beberapa hari di Jakarta sehingga beberapa daerah terkena banjir. Rumah Puspa kebetulan aman dari banjir. Tapi rumah karyawan yang tinggal di Tanjung Priok itu terlanda banjir. Untunglah seluruh anggota keluarganya sempat dievakuasi. Diselamatkan HP

Setelah kembali bekerja, dia bercerita bahwa door prize HP yang diperolehnya telah menyelamatkannya. Dengan HP tersebut dia bisa menghubungi sanak saudaranya sehingga mereka bisa minta bantuan tim penyelamat untuk mengevakuasinya dan seluruh anggota keluarga.
Mendengar hal ini, Puspa malu sendiri. Ternyata HP tersebut lebih berguna di tangan orang lain. Puspa malu pada dirinya sendiri. Bukankah dia bisa beli HP baru lagi asalkan mau menabung? Dia merasa harus bersyukur karena teman kerjanya terselamatkan oleh HP tersebut.
Kini Puspa bisa mensyukuri hadiahnya karena ternyata adiknya sakit dan menggigil akibat demam tinggi. Selimut tebal Puspa menjadi penyelamat sementara karena di rumah memang tidak ada selimut.

Ketika saya menjadi pembicara di salah satu public workshop, salah seorang peserta, seorang ibu, bercerita. Ibu ini mempekerjakan seorang pembantu rumah tangga di rumahnya. Baru dua minggu bekerja, pembantu tersebut mengajukan satu pertanyaan yang mengejutkan.
Dia bertanya: "Bu, Ibu kok tiap hari pesta?". Tentu saja Ibu itu terkejut, dia tidak merasa mengadakan pesta di rumahnya. Apalagi pesta tiap hari. "Pesta? Pesta apa?", tanyanya heran. "Ibu tiap hari masak ayam. Itu kan pesta?", jawab pembantunya dengan polos. Tentu saja Ibu ini terkejut, tersentak, dan sekaligus terharu.

Hatinya tersentuh. Hampir menangis rasanya. Berarti, pembantu ini biasanya hanya makan ayam di saat pesta. Karena itu, pembantunya heran mengapa di tempatnya bekerja setiap hari masak ayam, mengapa setiap hari mengadakan pesta. Ibu ini hanya diam saja, tidak bisa berkata apa-apa, tidak bisa menjawab. Matanya berkaca-kaca.

Sambil menceritakan kisah inipun, mata beliau berkaca-kaca. Kisah tersebut membuat semua orang yang ada di ruangan itu, seluruh peserta public workshop termasuk saya yang menjadi pembicara, merasa tersentuh dan terharu, sekaligus merasa malu. Mata kami juga berkaca-kaca.



Salah seorang peserta mengaku merasa malu pada dirinya sendiri setelah mendengar kisah tersebut. Dia berkata: "Di rumah, anak-anak saya sering berkata Bosan ah. Makan ayam melulu.'' Padahal di luar sana, masih ada orang yang hanya makan ayam kalau pesta". "Kita harus belajar untuk bersyukur" kata salah seorang peserta lain. Semua setuju. Semua orang tergerak untuk mensyukuri apa yang sudah dimiliki. Mensyukuri semua yang sudah diberikan Tuhan kepada kita.

Seorang ibu yang berusia 50 tahun selalu dikira baru berumur 30 tahun. Benar-benar awet muda. Ketika ditanya apa rahasianya, beliau menjawab:"Selalu bersyukur. Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk kita. Meskipun kita tidak menyadarinya." Betul sekali, Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk kita semua.


Be thankful! Give thanks for everything!

0 komentar:

Random Post

Widget edited by Nauraku

Arsip Komentar

Free Image Hosting


 

Top Post

SUARA MERDEKA CYBERNEWS

detikInet