"Pahlawan adalah mereka yang mengerti arti tanggung jawab di balik
kebebasan mereka untuk melakukan apa pun." (Bob Dylan)
Jika Anda mendengar kata 'pahlawan', siapakah yang akan segera
muncul dalam pikiran Anda? Apakah Anda teringat dengan foto-foto
Jenderal Sudirman, Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien, atau
Pattimura yang tergantung berderet di ruang kelas kita waktu sekolah
dahulu?
Namun, kalau kita menengok ke dalam hati dan pikiran kita,
sebenarnya jika kita mengingat nama-nama para pahlawan nasional yang
kita dengar saat sekolah, kita malah menganggap kisah mereka seperti
dongeng atau hanyalah kisah sejarah yang sama sekali tidak memiliki
ikatan emosional dengan kita.
Inilah sebabnya mengapa hari-hari ini kita sulit sekali
mengidentifikasikan sosok pahlawan dalam hidup kita. Bahkan jika
kita bertanya kepada generasi muda hari ini, mungkin mereka akan
menjawab bahwa pahlawan mereka adalah para artis atau penyanyi band
yang sangat mereka puja-puji.
Sebuah survei pernah dilakukan di AS terhadap para siswa sekolah.
Mereka ditanya siapakah yang mereka anggap sebagai pahlawan.
Lima puluh tahun yang lalu pertanyaan ini pernah diajukan kepada
siswa sekolah dan jawaban mereka adalah nama-nama para presiden dan
para pejuang nasional yang banyak membawa perubahan hidup bangsa AS.
Namun, setelah 50 tahun berlalu, ketika pertanyaan yang sama
diajukan kepada kelompok masyarakat dengan usia dan profesi yang
sama, jawaban yang dihasilkan sungguh sangat mencengangkan. Mereka
menyebutkan nama-nama artis Hollywood dan para penyanyi terkenal
sebagai pahlawan mereka. Jangan-jangan fenomena yang sama akan kita
dapatkan jika kita melakukan survei ini kepada siswa-siswa di
Indonesia.
Prinsip kehidupan
Sekarang kita semakin sulit membedakan antara pahlawan dan idola.
Mungkin kita menganggap orang yang kita idolakan dan kita puja-puji
sebagai pahlawan. Padahal, antara pahlawan dan idola jelas memiliki
perbedaan yang mencolok. Bagi saya, pahlawan adalah orang-orang yang
memiliki nilai dan prinsip kehidupan yang bermakna dan layak untuk
kita adopsi.
Kepahlawanan berbeda dengan sekadar menjadi tokoh idola. Pahlawan
selalu memiliki nilai-nilai positif yang bisa kita pelajari. Bahkan
tidak jarang nilai-nilai kehidupan mereka berhasil 'mencelikkan'
mata hati kita dan 'menyelamatkan' kehidupan kita.
Jika Anda mempelajari kehidupan para pahlawan, Anda akan menemukan
banyak hal positif yang bisa Anda pelajari. Hal-hal positif itu
adalah nilai-nilai kekal yang bisa Anda pakai seumur hidup Anda.
Inilah yang membuat para pahlawan memiliki pengikut setia yang juga
mengidolakan mereka, tetapi tidak semua idola bisa menjadi pahlawan
yang dikenang sepanjang masa.
Saya sangat mengagumi sosok Muhammad Hatta yang rendah hati, cerdas,
terpelajar, tidak mengejar kekuasaan, tidak menyalahgunakan
kekuasaannya meski memiliki kesempatan, dan selalu memikirkan
kepentingan bangsa dan rakyat di atas kepentingannya sendiri.
Muhammad Hatta selalu bertindak atas dasar prinsip-prinsip
kebenaran, bukan atas dasar kepentingan pribadinya.
Dari contoh kecil ini, kita bisa simpulkan karakteristik
kepahlawanan yang bisa kita hidupi adalah keberanian mengambil
pilihan (choice) dan tindakan (action) dengan mengedepankan nilai-
nilai yang benar (correct values).
Sikap kepahlawanan yang setara dengan hal ini dalam bisnis adalah
tatkala seorang CEO memutuskan untuk memotong gajinya sendiri dan
menolak melakukan PHK terhadap karyawannya. Salah satu sikap lainnya
adalah ketika seorang auditor dengan berani memutuskan untuk
membongkar korupsi seorang direktur BUMN yang dia tahu merugikan
negara.
Namun sayang, sikap kepahlawanan menjadi karakter yang langka dewasa
ini karena risiko yang harus ditanggung. Belum lagi cibiran ataupun
cemoohan bahwa diri kita menjadi, "Sok jadi pahlawan!" dengan
mengambil langkah-langkah dan tindakan yang berdasarkan pada hal-hal
yang benar.
Nandini Cardoso, seorang penyair asal Goa India mengatakan kalimat
yang sangat bagus tatkala dia mengatakan, "Pahlawan setiap hari
adalah orang-orang yang menyentuh hati kita. Dan mereka meninggalkan
jejak kaki di hati kita yang mengubah kehidupan kita selamanya".
Kita pun sebenarnya mampu membangun mentalitas dan karakter
kepahlawanan dalam diri kita dengan tiga kunci di atas yaitu choice,
action, dan, correct values. Mari kita lihat satu demi satu.
Pertama soal pilihan. Banyak orang melarikan diri ketika
diperhadapkan dengan pilihan sulit. Bahkan demi menghindari risiko,
mereka tidak memilih sama sekali. Seorang pahlawan selalu memiliki
keberanian untuk mengambil keputusan berdasarkan pilihan yang ada.
Seorang pahlawan akan mengambil keputusan untuk dirinya sendiri dan
menentukan pilihannya sendiri. Tentu kita masih ingat film
Braveheart soal kepahlawanan William Wallace yang memutuskan memilih
untuk berteriak "Merdeka!" meski dia harus dihukum mati oleh pasukan
Inggris.
Begitu pula pilihan sulit ini dibuat oleh para pahlawan nasional
kita meski harus kehilangan kedudukan, bahkan nyawa mereka. Kita
sungguh belajar, kepahlawanan adalah soal keberanian memilih dalam
pilihan yang sulit.
Kemudian, selain memilih, seorang pahlawan juga bertindak sesuai
dengan apa yang sudah dia pilih. Banyak orang sudah menentukan
pilihannya, tetapi kemudian tidak melaksanakan pilihannya dengan
sungguh-sungguh.
Hal yang terakhir, pahlawan sejati akan memilih dan bertindak
berdasarkan nilai dan prinsip yang benar. Prinsip kebenaran selalu
bersifat umum dan tidak berkaitan dengan agama tertentu. Kejujuran,
mengutamakan kepentingan banyak orang, memberi orang lain sesuai
dengan haknya, bertanggung jawab, dan adil kepada semua orang adalah
contoh prinsip-prinsip kebenaran umum yang berlaku di setiap agama
dan setiap kehidupan di dunia ini.
Sumber: Pahlawan atau Idola? oleh Anthony Dio Martin, Managing
Director HR Excellency
0 komentar:
Posting Komentar