Oleh : Dede Farhan Aulawi
Sambil menikmati hangatnya kopi di sore hari, saya memiliki janji tuk ketemu dengan seorang teman di Starbuck Coffee di seberang Sarinah Sudirman Jakarta.Di tengah siraman hujan rintik - rintik yang berselimut mendung, datanglah seorang teman dan bercerita tentang kisah bahagiakeluarganya. Saya tentu turut berbahagia mendengar cerita itu. Tapi sayang di akhir cerita...,beberapa bulir air matanya menetes membasahi pipi...
Perlu diketahui bahwa temenku adalah seorang cowok yang berkantor disekitar bundaran HI, sementara istrinya berkantor di sekitar Senayan. Dulu ketika masih pacaran, pacarnya tersebut sering mengantarkan pizza tuk makan siang pacarnya. Jadi sang pacar siang hari, rela turun dari kantordi sekitar senayan, beli pizza, dan mengantarkan ke kantor pacarnya di sekitar bundaran HI. Dan itu dilakukan hampir tiap hari dengan penuh kesetiaan. Ungkapan - ungkapan sederhana sepert,:
" How are you honey ?"
" I love you...,I miss you "
" Aku selalu ingin di sampingmu"
" Aku tak bisa jauh darimu"
Sering menghiasi bunyi telpon, atau sms yang diterima di handphone-nya.
Hari - hari terasa indah. Jangankan hujan air, hujan peluru pun takkan
mampu menghentikan rasa rindu yang terus menggebu. Sampai akhirnya mereka
menikah, dan hal ini masih etrus dilakukan sampai sekitar 3 bulan setelah
pernikahan.
Setelah itu, mulai berfikir konsep efisiensi dan penghematan, sehingga sang istri berfikir sangat tidak efisien jika hal itu terus dilakukan, karena sebenarnya sang suami bisa menyuruh membelikan pizza kepada salah seorang staff-nya. Dan hal ini disampaikan. ..,sang suami menyetujui dan mengatakan, " Iya sayang..,gapapa kok. Biar nanti papa suruh salah seorang
staff papa tuk beli pizza". Hal ini berlangsung cukup lama, sampai sang istri sering bercerita pada temen - temennya, bahwa ia sungguh sangat bahagia karena memiliki suami yang "sangat pengertian".
Begitupun sebaliknya. Sang suami sering bercerita bahwa ia memiliki istri yang sungguh sangat pengertian. Ketika istrinya sedang asyik nonton sinetron seperti, Jasmin, Cinta Fitri, Sekar, atau yang lainnya. Dia rela memindahkan channelnya ke siaran sepak bola yang disenangi suaminya,
padahal ia sendiri gak seneng nonton bola. " Sungguh sangat pengertian ", gumam suaminya.
Tapi sayang, ketika beberapa saat yang lalu saya bertemu, dia bercerita sedang proses bercerai sama istrinya. KENAPA...???
Ternyata selama ini apa yang terjadi dalam kontek cerita di atas, bukan SANGAT PENGERTIAN yang selama ini dikidungkan, melainkan sebuah rasa KETIDAKPEDULIAN satu sama lainnya.
Sahabat...,
Ternyata batas antara SANGAT PENGERTIAN dengan KETIDAKPEDULIAN itu sangat
tipis sekali. Saking tipisnya, kita tidak bisa lagi bisa membedakan kapan bisa bicara soal PENGERTIAN dan kapan bisa menilai KETIDAKPEDULIAN.
0 komentar:
Posting Komentar